KONTAN.CO.ID - JAKARTA.
We're goin' up, up, up, it's our moment. You know together we're glowing, gonna be gonna be golden. Mungkin belakangan Anda pernah mendengarkan anak Anda menyanyikan lagu tersebut, atau mungkin lagu itu lewat di layanan
streaming musik yang Anda gunakan. Lagu yang bertitel
Golden tersebut kini memang tengah hits, seiring kesuksesan mengejutkan dari serial animasi Netflix berjudul
Kpop Demon Hunters. Bahkan, lagu yang menjadi lagu latar serial tersebut masuk nominasi Grammy Awards 2026 di kategori
Song of the Year. Kesuksesan serial
Demon Hunters tersebut juga menyebabkan tingginya permintaan
merchandise seperti
action figure, boneka, dan boneka
plushie. Bagi para remaja, juga orang dewasa, penggemar
Demon Hunters,
merchandise yang terinspirasi dari trio pop wanita penyelamat dunia dalam film tersebut jadi hadiah yang paling dicari.
Tapi sejauh ini, konsumen hanya dapat menemukan permainan kartu, ornamen kayu, pegangan ponsel, dan pakaian di peritel tertentu atau toko
online Netflix Inc. Netflix memang telah mengumumkan kerjasama dengan Mattel dan Hasbro untuk memproduksi mainan dari serial sukses ini. Tapi, sebagian besar produk ini baru akan tersedia tahun depan, di kuartal pertama, bahkan mungkin kuartal kedua.
Baca Juga: 39 Hari Government Shutdown AS, Demokrat dan Republik Masih Ogah Mengalah Penundaan ini disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi dan mengirimkan produk ke konsumen. Selain itu, produsen tidak mengantisipasi tingkat fandom yang ternyata sangat besar. Tambah lagi, Netflix memang tidak punya rencana memproduksi besar-besaran
merchandise serial sukses ini. Penundaan ini merupakan kabar buruk bagi produsen mainan dan peritel, yang biasanya memanfaatkan momen akhir tahun untuk mengeruk pendapatan. Menurut proyeksi Adobe Inc, konsumen di Amerika Serikat (AS) saja diperkirakan bisa menghabiskan lebih dari US$ 250 miliar secara
online pada bulan November dan Desember tahun ini, naik 5,3% dari tahun 2024. “Tentu saja akan lebih baik jika semua ini direncanakan dan Natal 2025 dirayakan dengan meriah dan berlimpah,” kata Emily Horgan, konsultan media anak-anak dan mantan eksekutif di Walt Disney Co, seperti dikutip
Bloomberg, Minggu (9/11/2025). Namun, Netflix mengatakan tidak khawatir dengan masalah ini. Alasannya, produk konsumen masih merupakan bisnis kecil bagi layanan
streaming ini. Netflix masih memandang mainan dan pakaian lebih sebagai strategi pemasaran untuk programnya ketimbang sebagai sumber pendapatan.
Baca Juga: Pasokan Terbatas, Peluang Peningkatan Okupansi Terbuka di Tengah Ekspansi Ritel China Ini berbeda dengan studio-studio film lain, yang bisa dengan cepat mempersiapkan sekuel, mianan, gim video, dan banyak lagi, dari sebuah IP yang sukses. Disney, Universal, dan Warner Bros. menghasilkan miliaran dolar per tahun dari taman hiburan dan produk konsumen yang terinspirasi oleh Star Wars, Harry Potter, Despicable Me, dan film-film multi
franchise lain. Film
franchise terbesar Netflix sejauh ini memang tidak memiliki potensi pengembangan di luar serial kacanya. Serial seperti
Bridgerton dan
Stranger Things sangat populer secara global, tetapi kurang laku di luar layar kaca. Toh, Horgan menilai penggemar akan tetap tertarik dengan properti ini dalam beberapa bulan dan tahun mendatang, selama Netflix dan mitranya tidak mengacaukan perkembangan ini.
Baca Juga: Daya Beli Masyarakat Turun, Tak Urungkan Ekspansi Perusahaan Ritel Rumah Tangga Horgan menyebut, Disney juga pernah mengalami penundaan serupa ketika film
Frozen dan
Cars yang ternyata mencetak kesuksesan melebihi proyeksi awal. Karena itu, Horgan menilai Netflix memiliki kesempatan mengejar ketertinggalan. “Mereka memiliki kesempatan untuk menjadikan
KPop Demon Hunters sebagai waralaba yang sangat besar,” papar dia. Sejatinya, Netflix sudah mencoba menawarkan proyek
Demon Hunters ini ke peritel dan pembuat mainan jauh sebelum serial ini dirilis Juni lalu. Netflix dilaporkan telah mempresentasikan serial yang mengisahkan tiga penyanyi pop wanita yang berperang melawan iblis menggunakan
Kpop ini sejak bertahun-tahun lalu. Kendati begitu, minat untuk film ini awalnya tidak besar. Selain itu, para peritel hampir tidak memiliki rekam jejak dengan Netflix. Netflix pernah bekerjasama dengan Mattel Inc untuk membuat mainan berdasarkan salah satu serial anak-anaknya,
Karma’s World, tapi karena tidak sukses, kerjasama ini cuma berjalan satu tahun.
Baca Juga: Indomaret Targetkan Buka 1.000 Gerai Baru di Tahun 2025, Siap Jajaki Indonesia Timur Ujicoba penayangan serial
KPop Demon Hunters ini juga tidak mendapatkan respons positif. Bahkan sutradara Maggie Kang dan Chris Appelhans harus menggarap ulang film tersebut selama bertahun-tahun untuk memperbaiki hal-hal yang mendapat respons negatif. Serial
Kpop Demon Hunters ini disebut sukses berkat pemasaran dari mulut ke mulut, lagu latar yang menarik, dan fandom daring yang viral. Para selebriti KPop pun ikut membantu mempopulerkan lagu
Golden, yang jadi salah satu lagu latar utama serial ini. Dus,
Demon Hunters dengan cepat menjadi film terpopuler dalam sejarah Netflix. Film ini telah ditonton lebih dari 325 juta kali.