KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meningkatnya penderita kanker belakangan ini tentu mendorong permintaan produk onkologi (anti-kanker). Hal ini ditangkap produsen farmasi di Indonesia sebagai peluang untuk mengembangkan kebutuhan tersebut. Seperti PT Kalbe Farma Tbk (
KLBF) yang telah memiliki lini produksi onkologi di Pulogadung sejak tahun 2014 lalu. Vidjongtius, Presiden Direktur KLBF mengatakan saat ini pabrik di Pulogadung itu telah memproduksi lebih dari 10 varian produk onkologi. Saat ini produk onkologi lokal belum banyak, sehingga sebagian masih dipenuhi dari luar negeri. "Produk impor pasti masih ada karena jenis penyakit kanker yang beragam juga, tapi yang penting produksi (onkologi) lokalnya terus ditingkatkan jadi dalam jangka panjang
market share lokal akan bertambah terus," ujar Vidjongtius kepada Kontan.co.id, Minggu (14/7).
Sayangnya ia tak menerangkan lebih rinci soal permintaan produk onkologi dan porsi pasar lokal seperti apa. Yang jelas Kalbe mengklaim untuk produk onkologi perseroan dapat memaksimalkan
market share di tingkat lokal 15%-20% saat ini.
Baca Juga: Baik bagi kesehatan, ini 4 manfaat susu yang ampuh cegah kanker hingga diabetes Produk onkologi Kalbe juga mengisi
e-catalogue Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan. Diharapkan setelah diproduksi secara lokal, harga yang ditawarkan dapat lebih ringan ketimbang harus memakai produk impor. Selain mengisi pasar dalam negeri, produk onkologi Kalbe juga disuplai ke pasar ekspor dengan porsi penjualan kisaran 5% dari total segmen onkologi ini. Saat ini kata Vidjongtius, produk onkologi Kalbe baru dipasarkan ke negara-negara regional Asean. Setelah ini Kalbe masih giat untuk melakukan inovasi di segmen onkologi dan kemungkinan bakal menambah varian produk lainnya. "Tambahan investasi pasti ada untuk produk baru yg bisa diproduksi dan diriset juga," sebut Vidjongtius. Asal tahu saja, pembangunan pabrik onkologi Kalbe sudah dimulai sejak 2011 lalu dengan nilai investasi mencapai Rp 200 miliar. Sebelumnya Kalbe telah memasok beberapa produk onkologi impor dari berbagai negara yakni Korea Selatan, Jepang, China, Argentina, dan Finlandia.
Baca Juga: Tak cuma rokok, kopi rupanya bisa sebabkan kanker paru dan payudara Sementara itu perusahaan farmasi, PT CKD OTTO Pharmaceutical (CKD OTTO Pharma) baru saja merampungkan fasilitas barunya yang memproduksi obat onkologi di tahun ini. Perusahaan hasil
joint venture antara CKD Pharma asal Korea Selatan dengan OTTO Pharmaceutical, anak usaha MENSA Group, itu membangun pabrik onkologi dengan nilai investasi mencapai U$ 30 juta. Baik In Hyun, Presiden Direktur PT CKD OTTO mengatakan saat ini perusahaan akan fokus menggarap pasar lokal, sembari mengupayakan ekspor ke beberapa negara. "Harapannya porsi lokal dan ekspor masing-masing 50%, ekspor kami perkuat jaringan dengan
market yang sudah
familiar seperti Jepang,
Middle East dan Eropa," terangnya. Untuk pasar lokal, CKD OTTP cukup percaya diri lantaran sudah menjadi pemain lama di bisnis onkologi. "Kami memang fokus di teknologi onkologi sejak lama, cita-cita kami dalam lima tahun kedepan bisa menguasai marlet share onkologi Indonesia 30%," sebut Baik.
Baca Juga: Makanan ini dipercaya bisa mencegah dari penyakit kanker CKD OTTO berencana memproduksi 10 jenis produk onkologi. Tiga jenis obat di antaranya telah diproduksi dan dipasarkan, lima jenis obat lainnya masih menunggu perizinan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan dijadwalkan akhir Juli ini sudah beres. Sedangkan, dua jenis obat lainnya, akan diproduksi pada tahun depan. Sedangkan perusahaan plat merah, PT Indofarma Tbk (INAF) sempat dikabarkan akan memasarkan dan memproduksi produk onkologi. Herry Triyatno, Direktur Keuangan INAF ditemui saat paparan publik perseroan Mei lalu mengatakan bahwa perseroan tengah mengupayakan agar dapat meningkatkan bisnis di segmen produk bermargin tinggi, salah satunya produk onkologi. Untuk itu INAF berencana melakukan
Joint Operation (JO) untuk produk onkologi, yang menurut
timeline produk sudah dapat komersial di September 2021 nanti. Tahap awal akan menggunakan beberapa fasilitas produksi INAF yang sebelumnya untuk produk Betalaktam dan Steril. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .