Produsen GT Man mau ekspor melar



JAKARTA. Pandai membaca peluang adalah salah satu kepiawaian yang harus dimiliki pebisnis. PT Ricky Putra Globalindo Tbk, berupaya mengimplementasikan kepiawaian itu. Produsen pakaian dalam merek GT Man tersebut berencana memperbesar porsi ekspor.

Alasan Ricky Putra adalah ingin memanfaatkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang belum juga beranjak dari tren pelemahan. Kondisi itu dilihat sebagai peluang. Pasalnya, Ricky Putra membayar biaya operasional dalam rupiah dan mendapatkan pendapatan ekspor dalam dollar AS.

Mengintip kurs rupiah pasar spot yang tersaji di Bloomberg, dalam periode year on year (yoy), rupiah melemah 3,41% hingga berada di level Rp 12.657 (3 Februari 2015). Pada 3 Februari 2014, rupiah berada di level Rp 12.240. 


Nah tahun ini, Ricky Putra ingin mencetak pendapatan Rp 1,2 triliun. Dari target pendapatan tersebut, Ricky Putra ingin mengantongi laba bersih 1%-2%, atau berkisar Rp 12 miliar - Rp 24 miliar. "Kami ingin menambah lagi porsi ekspor menjadi 45% tahun ini," ujar Tirta Heru, Direktur Ricky Putra kepada KONTAN, Selasa (3/2).

Tahun lalu, perusahaan yang tercatat dengan kode RICY di Bursa Efek Indonesia itu mengaku kontribusi pendpatan ekspor mencapai menjadi 40%. Sayangnya, perusahaan itu belum membeberkan realisasi pendapatan 2014.

Hanya saja dalam pemberitaan KONTAN sebelumnya manajemen Ricky Putra mengejar pendapatan Rp 1,18 triliun tahun 2014. Jika target terpenuhi, berarti kontribusi ekspor tahun lalu adalah Rp 472 miliar.

Catatan keuangan terbaru Ricky Putra adalah laporan keuangan yang berakhir 30 September 2014. Sepanjang sembilan bulan pertama tahun lalu, perusahaan itu mencetak pendapatan ekspor Rp 250,74 miliar. Pendapatan ekspor itu setara dengan kontribusi 27,04% terhadap total pendapatan Rp 927,30 miliar.

Kontribusi pendapatan ekspor 30 September 2014 itu tak berbeda jauh dengan catatan keuangan per 31 Desember 2013. Sepanjang tahun 2013, Ricky Putra mencatatkan pendapatan ekspor Rp 218,94 miliar. Nilai itu setara dengan 22,25% terhadap total pendapatan Rp 984,19 miliar.

Tak tambah kapasitas

Tahun lalu Ricky Putra mengapalkan pakaian dalam dan pakaian olahraga tanpa merek ke Jepang senilai US$ 18 juta. Manajemen perusahaan itu mengaku nilai ekspornya ke Negeri Sakura itu tumbuh 10%-15% saban tahun.

Sejauh ini, Ricky Putra memang baru menggarap pasar Jepang. Namun bukan berarti perusahaan itu tak berusaha mencari pasar lain. 

Tirta mengatakan perusahaannya pernah mengirimkan pakaian ke AS tapi respon pasar di Negara Uwak Sam tak menggembirakan. "Tidak berhasil mengingat negara itu belum sepenuhnya pulih dari krisis ekonomi," ujar Tirta.

Asal tahu saja, Ricky Putra memproduksi pakaian dalam, pakaian luar dan produk hasil pemintalan di dua pabrik ydi Jawa Barat. Tepatnya di Citeureup, Bogor dan Cicalengka, Bandung. 

Seperti KONTAN pernah tulis sebelumnya,  kapasitas produksi pabrik Citeureup 320.000 lusin pakaian per bulan. Sementara kapasitas produksi pabrik Cicalengka Bandung adalah 60.000 ton bal per tahun. Kala itu, Ricky Putra berupaya meningkatkan kapasitas produksi pabrik Citeureup 10%-15%.

Tahun ini, Ricky Putra tak berencana memperbesar kapasitas produksi. "Belanja modal tahun ini kecil saja karena tahun lalu kami sudah keluar banyak untuk meningkatkan kapasitas produksi," ujar Tirta tanpa menyebut nilai belanja modal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anastasia Lilin Yuliantina