Produsen ikan asin khawatir digusur (3)



Kendati lokasi sentra produksi ikan asin di Jalan Pariwisata Kota Bengkulu cukup strategis dan selalu ramai dikunjungi pembeli, bukan berarti tidak ada kendala yang dihadapi para produsen dan pedagang ikan asin di tempat ini.

Syarial (55), salah satu produsen sekaligus penjual ikan asin, mengaku, selalu khawatir pemerintah setempat melakukan penggusuran kios-kios pedagang.

Menurut Syarial, kekhawatiran itu muncul karena sempat ada isu bahwa pedagang ikan asin di Jalan Pariwisata bakal digusur. Alasannya, pemerintah ingin membersihkan wilayah pantai untuk kepentingan pariwisata.


Memang, kata Syarial, sejak beberapa tahun terakhir pemerintah setempat gencar mengembangkan daerah ini menjadi destinasi wisata di Kota Bengkulu.

Ia menyatakan setuju dengan program pemerintah itu. Namun, menurutnya, pedagang jangan dikorbankan, karena tidak mengganggu wilayah pantai. Apalagi, kios-kios penjaja ikan asin tertata rapi.

"Sekarang kios kami sudah semakin rapi, warnanya saja sengaja kami buat biru semua biar tidak mengurangi keindahan pantai," tuturnya.

Menurut dia, keberadaan produsen sekaligus pedagang ikan asin di lokasi itu justru bisa menambah daya tarik wisatawan untuk berkunjung. Selain berwisata ke pantai, pengunjung juga bisa belanja oleh-oleh ikan asin.

Menurut Syahrial, pedagang bersedia bila pemerintah mengimbau mereka membangun kios lebih bagus lagi. Bahkan jika dikenakan pajak sekalipun, mereka tidak keberatan asalkan tidak melakukan penggusuran.

Selain khawatir penggusuran, kendala lain yang mereka hadapi adalah pengadaan bahan baku. Saat musim hujan dan badai, nelayan jarang pergi melaut. Akibatnya, produsen ikan asin kesulitan mendapatkan bahan baku ikan segar.

Yusnaedi (62), produsen sekaligus pedagang ikan asin, bilang, di Bengkulu sering terjadi badai sehingga nelayan takut pergi melaut. "Kalau badai, mana ada nelayan melaut," katanya.

Jika pasokan ikan segar berkurang, tentu berpengaruh pada pendapatan mereka. Ia mengakui, saat itu harga ikan asin ikut melambung karena pasokan ikan segar sedikit. Tapi kondisi seperti itu tidak membuat pendapatan mereka naik. "Soalnya konsumen kami juga berkurang jika harganya  mahal," tuturnya.

Selain itu, lanjut Yusnaedi, proses pengeringan ikan juga terkendala saat musim hujan tiba. Ikan asin harus dijemur selama dua hari di tengah terik matahari. Jika tidak benar-benar panas, warnanya terlihat kurang bagus. "Warnanya agak hitam, terlihat tidak segar," kata dia.

Ia malah berharap ada bantuan permodalan agar bisa mengembangkan usaha. Yang paling dibutuhkan adalah oven atau pemanas buat pengeringan ikan. Mereka juga butuh bantuan pengemasan agar tampilan produk lebih menarik.         (Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri