Produsen karet sepakat naikkan konsumsi domestik



KONTAN.CO.ID - Pertemuan negara-negara produsen karet yang tergabung dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC) di Bangkok, Thailand, pada Jumat (15/9) lalu menghasilkan sejumlah kesepakatan. Salah satunya upaya memperkuat harga karet global yang cenderung turun dan tidak mencerminkan harga fundamental. Harga yang rendah tidak sesuai dilihat dari tingginya permintaan.

Dokumen hasil pertemuan ITRC yang diperoleh KONTAN, menyebutkan, untuk mendorong kenaikan harga karet alam ITRC sepakat meningkatkan konsumsi karet domestik minimal 10% dari produksi untuk digunakan bagi pengembangan infrastruktur seperti jalan.

Mereka juga sepakat melakukan penanaman karet sistem Supply Management Scheme (SMS). Sistem ini untuk menjamin pasokan karet berkelanjutan dan mengembangkan pasar karet jangka panjang dengan mendirikan IRCo Arbitration Centre.


Dalam pertemuan itu juga diresmikan bergabungnya Vietnam dalam ITRC. Dengan bergabungnya Vietnem, maka turut memperkuat posisi ITRC dalam menentukan pasokan karet global. Kehadiran Vietnam menambah kekuatan ITRC, dari sebelumnya hanya menguasai 73% pangsa pasar ekspor karet dunia, meningkat menjadi 85%. Sebelumnya, ITRC hanya terdiri dari tiga negara produsen karet yakni Thailand, Indonesia, Malaysia

Ketua Umum Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Moenardji Soedargo menyambut posistif bergabungnya Vietnam dalam ITRC. Ia berharap bertambahnya kekuatan ITRC dapat mendongkrak harga karet yang dalam beberapa waktu terakhir relatif rendah di bawah US$ 2 per kilogram (kg).

Untuk menaikkan harga, dia berharap pemerintah meningkatkan konsumsi karet domestik. "Diharapkan pemerintah dapat mengupayakan penyerapan karet alam dalam ramuan aspal karet," ujarnya ke KONTAN, Minggu (17/9). Saat ini konsumsi karet domestik sudah mencapai 20% atau sekitar 600.000 ton dari rata-rata produksi karet 3,2 juta ton per tahun.

Lukman Zakaria, Ketua Umum Asosiasi Petani Karet Indonesia (Apkarindo) menyambut dingin hasil pertemuan ITRC tersebut. Karena pertemuan ini sama berdampak pada harga karet petani yang saat ini rata-rata Rp 6.000-Rp 7.000 per kg. Apalagi pemerintah tidak pernah mengajak petani untuk merumuskan skema pengembangan harga karet. "Kami petani tidak pernah diajak bicara," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini