Produsen Kopi Luwak Kebanjiran Order



JAKARTA. Produsen kopi luwak kewalahan menerima pesanan yang terus berdatangan dari negara lain. Padahal, kapasitas produksi mereka terbatas. Karena itu, produsen sengaja mengurangi jumlah pasokan ekspor untuk tiap negara.

Danu Rianto, Direktur Operasional PTPN XII, mengungkapkan, perusahaan yang ia pimpin kebanjiran permintaan dari beberapa negara seperti Jerman, Jepang, Amerika Serikat (AS), dan beberapa negara Eropa lain. "Padahal kemampuan ekspor kami hanya sebanyak 2 ton per bulan," katanya, kemarin (28/10).

Produksi kopi luwak memang tidak bisa masal seperti kopi umumnya, karena prosesnya murni alami. Kopi luwak didapat setelah luwak (Paradoxus hermaphroditus) memakan buah kopi, dan kemudian mengeluarkan bijinya setelah berfermentasi di perut binatang mamalia tersebut.


Kopi menjadi nikmat, selain karena proses fermentasi, juga karena luwak hanya mau makan kopi berkualitas. Cita rasanya yang khas, membuat kopi ini digemari banyak orang di luar negeri. Permintaannya besar, namun pasokannya tak bisa digenjot karena proses produksinya memang tidak biasa.

Wajar saja jika kemudian kopi luwak menjadi kopi paling mahal di dunia. Kalau dikonversi ke rupiah, "Harganya paling rendah Rp 1,3 juta per kilogram," kata Danu.

Ketua Asosiasi Petani Kopi Luwak Indonesia, Didiet Arry Suparno, menyebutkan, kalau produksi kopi luwak nasional hanya mencapai 200 ton per tahun. Lantaran produksinya tak banyak, para produsen sengaja membatasi ekspor.

Didiet mencontohkan, kalau ada satu importir dari AS memesan kopi luwak sebanyak 100 kg, "Saya hanya bisa memberi 30 kg saja," katanya, "Langkah ini terpaksa dilakukan supaya importir dari negara lain bisa kebagian." Didiet mengatakan, perusahaanya hanya mampu memproduksi 200 kg kopi per bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan