Produsen makanan akan kerek harga



JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi akhir-akhir ini memukul pebisnis makanan dan minuman. Rupiah yang terus bergerak di atas level Rp 10.000 per dollar AS membuat beban produksi industri makanan dan minuman semakin membengkak karena sebagian bahan baku masih impor. Tak hanya itu, harga kemasan produk juga terancam naik akibat adanya usulan penetapan bea masuk anti dumping.

Alhasil, para pelaku bisnis makanan dan minuman harus menyiasati pelemahan nilai tukar rupiah ini dengan berbagai strategi efisiensi. Jika upaya ini tidak manjur, mau tak mau, pebisnis harus menaikkan harga jual produknya.

Sekretaris Perusahaan PT Mayora Indah Tbk, Yuni Gunawan menuturkan, dalam jangka pendek, pelemahan nilai tukar rupiah memang belum berdampak terhadap kinerja perusahaan. Pasalnya, selama ini pembelian bahan baku impor oleh Mayora dilakukan dengan sistem kontrak. Tapi, "Kalau dalam jangka panjang kondisi rupiah masih lemah, kemungkinan besar harga akan naik," jelasnya kepada KONTAN.


Sayangnya, Yuni masih enggan bercerita lebih jauh mengenai rencana ini. Yang jelas, kata dia, saat ini perusahaan masih memiliki stok bahan baku untuk tiga bulan ke depan. Sehingga, sebelum ada kontrak pembelian bahan baku yang baru, Mayora belum akan mengerek harga jual produknya di pasar.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman bilang, dalam pekan ini, produsen makanan dan minuman terus mengamati pergerakan nilai tukar guna mempertimbangkan rencana kenaikan harga jual produk. "Kami masih menunggu hasil observasi. Kemungkinan kalau ada kenaikan harga akan diumumkan minggu depan," jelasnya.

Adhi bilang, pelemahan rupiah berdampak signifikan terhadap pengusaha makanan dan minuman terutama pengguna bahan baku seperti tepung terigu, gula, serta pengguna kemasan makanan. Pasalnya, bahan baku tersebut sebagian besar masih impor.

Adhi memperkirakan, jika harga makanan minuman harus naik besaran kenaikannya sekitar 10% hingga 15%. Jika keputusan ini diumumkan pekan depan, otomatis kebijakan tersebut akan berlaku mulai bulan depan.

Selain menaikkan harga jual produk, Adhi bilang, pengusaha makanan dan minuman juga menerapkan strategi efisiensi dalam penggunaan kemasan. "Bagi yang biasa menggunakan kemasan kaleng, kami mengubahnya menjadi kemasan plastik atau karton," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi