Produsen Mobil AS Desak Kongres Kucurkan Pinjaman Lunak US$ 25 Miliar



WASHINGTON. Tingginya harga minyak dunia yang sempat menyentuh rekor tertinggi pada Juli lalu, mendorong para produsen mobil untuk menciptakan kendaraan yang hemat bahan bakar. Hanya saja, untuk pengembangan program ini, dana yang dibutuhkan tidak sedikit. Untuk itu, beberapa produsen otomotif Amerika Serikat (AS) seperti General Motors Corp., Ford Motor Co. dan Chrysler LLC meminta pemerintah untuk membantu pengembangan proyek tersebut dengan mengucurkan pinjaman lunak sebesar US$ 25 miliar.

“Isu ini harus mendapat perhatian penuh karena sangat penting bagi masa depan perekonomian Amerika dan sektor manufaktur,” demikian pernyataan bersama Rick Wagoner CEO GM, Alan Mulally CEO Ford dan Robert Nardelli CEO Chrysler yang dikirimkan kepada jurubicara Kongres Amerika Nancy Pelosi pada Selasa (16/9).

Para pimpinan perusahaan otomotif tersebut memang dijadwalkan bertemu dengan Pelosi di Washington kemarin, untuk membicarakan tentang pinjaman lunak tersebut.


Dalam surat tersebut juga ditulis, para produsen otomotif berkomitmen untuk melakukan transformasi bisnis dengan menanamkan sejumlah investasi besar di AS untuk memproduksi kendaraan baru yang lebih efisien. Namun, niatan tersebut terbentur dengan kondisi perekonomian AS saat ini yang melambat karena krisis subprime, pengetatan kredit, kenaikan harga komoditas dan bahan bakar.

“Adanya dukungan yang kami terima dari pemerintah sangat menggembirakan,” ujar Nardelli kepada wartawan usai pertemuan. Sayang, tak satu pun dari CEO itu mau memberikan keterangan yang lebih spesifik. Memang, belakangan produsen mobil dan para supplier suku cadang mendesak Kongres untuk segera menggelontorkan dana pinjaman sebelum dilaksanakannya pemilu pada 4 November mendatang. 

Para produsen mobil tersebut menolak jika pinjaman tersebut disamakan dengan bantuan. “Tujuan dari pinjaman ini yakni untuk mensukseskan program efisiensi bahan bakar. Pinjaman ini bukan bantuan,” tegas Mulally dari Ford pada minggu lalu.

Sementara, Pelosi mengatakan, pinjaman tersebut merupakan salah satu cara untuk membangun kembali dan memperkuat basis teknologi di Amerika. Ia juga bilang, pinjaman tersebut akan dibebankan kepada pembayar pajak yang besarnya mencapai US$ 7 miliar. Sementara anggota non partisan Congressional Budget Office pada minggu ini memprediksi jumlahnya mencapai US$ 7,5 miliar.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie