Produsen Mobil Jerman Tak Perlu Takut dengan Persaingan dari Tiongkok



KONTAN.CO.ID - KUPPENHEIM. Produsen mobil Jerman diimbau tidak perlu takut dengan persaingan dari Tiongkok. 

Pernyataan tersebut ditegaskan oleh Kanselir Olaf Scholz pada hari Senin (21/10/2024) saat pembukaan pabrik daur ulang baterai pertama Mercedes-Benz, sebuah investasi yang ia gambarkan sebagai bagian dari agenda kebijakan industri baru Jerman.

"Beberapa orang mengatakan bahwa Tiongkok dapat melakukan yang jauh lebih baik dengan motor listrik daripada kita," kata Scholz.


"Perusahaan Jerman tidak perlu takut dengan persaingan ini," katanya.

Mengutip Reuters, dia menunjukkan bahwa industri tersebut telah melewati persaingan yang kuat dari Korea Selatan dan Jepang di masa lalu dan menegaskan kembali sikap Jerman terhadap tarif Uni Eropa atas kendaraan listrik (EV) buatan Tiongkok.

"Saya menentang tarif yang merugikan kita," kata Scholz pada upacara pembukaan di Kuppenheim, Jerman barat daya.

Uni Eropa harus menggunakan tindakan seperti itu jika dumping dan subsidi benar-benar merugikan produsen Eropa, misalnya, dalam industri baja.

Sektor mobil Eropa menghadapi berbagai tantangan, mulai dari biaya produksi yang tinggi dan pengelolaan peralihan ke kendaraan listrik hingga permintaan yang menurun dan meningkatnya persaingan.

Baca Juga: BYD Rajai Penjualan Kendaraan Listrik pada Agustus

Masalah-masalah ini telah menyebabkan beberapa produsen mobil Eropa mengurangi kapasitas. Sementara pemain utama di kawasan itu, Volkswagen, mempertimbangkan penutupan pabrik di Jerman untuk pertama kalinya.

Menurut Joerg Burzer, anggota dewan Mercedes yang bertanggung jawab atas produksi, semua pabrik Mercedes dimanfaatkan dengan baik, kecuali satu pabrik di Sindelfingen, Jerman, tempat mereka memproduksi lini model S-Class kelas atas.

Penjualan Mercedes pada kuartal ketiga di Tiongkok, tempat grup tersebut menghasilkan sekitar sepertiga dari penjualannya, turun 13%, terutama karena permintaan barang mewah yang menurun di China akibat krisis real estat, yang khususnya memengaruhi S-Class.

Uni Eropa mengenakan tarif yang besar pada EV buatan Tiongkok, dengan mengatakan bahwa mereka mendapat keuntungan dari subsidi negara yang tidak adil. 

Baca Juga: Terkait Tarif Mobil Listrik, Ini yang Diinginkan Uni Eropa dari China

Beijing membantah hal ini dan mengancam akan membalas. Sementara produsen mobil Jerman, yang menghasilkan sekitar sepertiga dari keuntungan mereka di Tiongkok, telah menyuarakan kekhawatiran dan menyerukan lebih banyak pembicaraan.

Jerman memberikan suara menentang tarif tersebut.

Mercedes berencana untuk mengekstraksi bahan baku seperti litium, nikel, dan kobalt dari baterai mobil listrik lama di pabrik bebas emisi karbon, untuk kemudian digunakan kembali.

Tonton: Mobil Listrik Raksasa China Lebih Bersinar di Pameran Otomotif Eropa, Ini Sebabnya

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie