KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah lesunya pasar otomotif dan tuntutan percepatan elektrifikasi, pemerintah memutuskan tidak memberi insentif fiskal untuk mobil hybrid. asal tahu saja, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto memastikan tidak ada perubahan ataupun penambahan kebijakan baru di sektor otomotif Indonesia pada tahun ini. “Maka untuk otomotif, kebijakannya sudah dikeluarkan. Tidak ada perubahan kebijakan dan tambahan lain,” ujar dia saat konferensi pers pertumbuhan ekonomi kuartal II-2024, Senin (5/8).
Airlangga beralasan, volume penjualan mobil hybrid hampir dua kali lipat dibandingkan penjualan mobil listrik. Produksi mobil hybrid pun sudah mampu berjalan dengan mekanisme yang ada. Berkaca dari data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan
wholesales (pabrik ke diler) mobil hybrid nasional tumbuh 46,08%
year on year (YoY) menjadi 24.066 unit pada semester I-2024. Dari sisi volume, mobil hybrid lebih unggul ketimbang mobil listrik yang terjual 11.944 unit pada semester I-2024. Namun, pertumbuhan penjualan mobil listrik lebih masif karena mencapai 104,1% YoY.
Baca Juga: Pemerintah Hentikan Insentif untuk Mobil Hybrid, Ini Tanggapan Pakar Otomotif Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia Bob Azam berpendapat, meski penjualan mobil hybrid lebih baik ketimbang mobil listrik, hal itu belum cukup untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi mobil hybrid untuk pasar domestik ataupun ekspor. Apalagi, pangsa pasar mobil hybrid di Indonesia tetaplah kecil atau kurang dari 10%. "Masih banyak mobil hybrid yang harus diimpor dari luar negeri," ujar dia, Rabu (7/8). Dalam catatan Kontan.co.id, sejauh ini baru Toyota, Suzuki, dan Wuling yang sudah memproduksi mobil hybrid di dalam negeri. Belakangan, pendatang baru Great Wall Motor (GWM) akan mulai memproduksi lokal mobil hybrid Haval Jolion pada September 2024. Bob membandingkan, mobil hybrid di Thailand baru-baru ini mendapat insentif fiskal dari pemerintah setempat. Padahal, penjualan mobil hybrid di sana lebih baik ketimbang Indonesia. Begitu juga dengan China yang memberikan insentif untuk mobil hybrid meski industri mobil listriknya sudah cukup maju. Hal demikian perlu didorong juga di Indonesia agar ekosistem elektrifikasi terus berkembang. Insentif mobil hybrid juga bermanfaat untuk mendorong lokalisasi komponen mobil tersebut di Tanah Air, seperti motor,
power control unit (PCU),
transaxle (poros transmisi), dan baterai. Terlepas dari itu, Toyota tetap menghormati keputusan pemerintah dan terus berkomunikasi secara konstruktif dengan pihak berwenang terkait kebijakan yang ada. "Kami berharap pemerintah dapat mendukung semua teknologi yang berkontribusi pada pengurangan emisi untuk mencapai netralitas karbon," imbuh Anton Jimmi Suwandy, Marketing Director PT Toyota Astra Motor (TAM) ketika dihubungi terpisah, Kamis (7/8).
Baca Juga: Kelesuan Pasar Otomotif Nasional Belum Pudar Dalam berita sebelumnya, Toyota dan Lexus meraih kenaikan penjualan kendaraan elektrifikasi 74% YoY menjadi 19.158 unit pada semester I-2024, yang mana 98% di antaranya berupa mobil hybrid. Sementara itu, PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) juga mengikuti arahan kebijakan yang diberikan pemerintah. Suzuki menilai, seandainya insentif mobil hybrid ada, maka konsumen akan lebih dimudahkan untuk beradaptasi dengan kendaraan ramah lingkungan. Suzuki pun tetap memasarkan mobil hybrid sebagai bagian dari strategi pabrikan tersebut dalam menyediakan opsi kendaraan ramah lingkungan yang mudah dijangkau masyarakat. "Tujuan kami adalah mempopulerkan mobil hybrid kepada pasar yang volumenya tergolong besar," ujar Donny Saputra, Deputy 4W Sales & Marketing Managing Director SIS, Rabu (7/8). Sejauh ini, Suzuki menjual mobil hybrid melalui model Ertiga HEV dan XL 7 HEV.
Senada, PT Honda Prospect Motor (HPM) mengaku bisnis mobil hybrid Honda di Indonesia tetap berjalan normal dengan atau tanpa insentif fiskal. Honda juga percaya keputusan pemerintah telah didasari oleh pertimbangan berbagai aspek untuk mendukung perkembangan industri otomotif nasional. "Kami memiliki strategi untuk pengenalan mobil hybrid berdasarkan regulasi yang ada saat ini, meski kami percaya bahwa pemberian insentif memang berpotensi semakin menumbuhkan permintaan konsumen," terang Yusak Billy, Sales Marketing and After Sales Director Honda Prospect Motor, Rabu (7/8). Honda telah memasarkan CR-V dan Accord HEV di Indonesia kendati keduanya masih berstatus impor. Honda pun membuka peluang untuk memproduksi mobil hybrid di Indonesia pada 2025.r Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati