Produsen protes baja murah China



BEIJING. Banjir ekspor baja dengan harga murah dari China, menyebabkan harga pasar baja dunia ikut longsor. South East Asia Iron and Steel Institute (SEAISI) menyebutkan banyak produsen baja di dunia terpaksa harus mengubur harapan memperoleh pertumbuhan laba dari peningkatan permintaan baja dunia.

Roberto Cola, Chairman South East Asia Iron and Steel Institute bilang, setidaknya ada 20 kasus yang tengah diajukan untuk memprotes aksi dagang China tersebut. Menurut dia, China mestinya membendung ekspor baja agar harga baja kembali kuat.

Banjir ekspor baja asal China terjadi karena penurunan permintaan baja dari dalam negeri China. Akibatnya, produksi baja yang tidak terserap, kemudian dijual ke pasar global dengan harga murah. Kata Cola, ekspor baja China yang kelewat batas ini belum pernah terjadi sebelumnya.


Ekspor besar-besaran memang akan menyelamatkan kapasitas produksi produsen baja di China. Menurut hitungan Cola, kelebihan produksi baja di China saat ini mencapai 300 juta ton. "Ini masalahnya dan ekspor bagi mereka merupakan jalan keluar," tutur Cola yang sudah menghabiskan sekitar tiga dekade kariernya di bisnis baja.

Tindakan tersebut menyebabkan produsen baja merasa diperlakukan tidak adil. Cola mengatakan, produsen baja di Asia Tenggara saat ini sudah menekan produksinya menjadi sebesar 50% dari total kapasitas produksi terpasang. Sudah banyak negara yang memprotes aksi China tersebut.

Cola menyebutkan, sepanjang delapan bulan pertama di tahun 2015, total ekspor baja asal China melonjak hingga 26,5% menjadi 71,9 juta ton. Sementara, penyerapan impor baja oleh negara-negara di Asia Tenggara seperti Indonesia, Thailand, Filipina dan Singapura diprediksi mencapai 33 juta ton hingga 34 juta ton, dibandingkan tahun 2014 yang sebesar 23 juta ton.

South East Asia Iron and Steel Institute yang didirikan sejak 44 tahun yang lalu, merupakan organisasi produsen baja di Asia Tenggara. Lembaga ini menjadi penghubung antara anggota dan produsen baja dari wilayah lain seperti Australia, Jepang, Korea Selatan dan Taiwan.

Kenakan pajak mahal

Analisis yang dibuat JPMOrgan Chase & Co ada 4 Oktober memperlihatkan, net exports (ekspor bersih) baja China tahun ini diprediksi mencapai 90 juta ton dengan gross shipment (pengiriman kotor) sebanyak 105 juta ton.

Seperti diwartakan Bloomberg bulan lalu, Wang Liqun Wakil Ketua Asosiasi Besi dan Baja China atau China Iron & Steel Association menyatakan pihaknya akan berusaha menekan laju ekspor baja asal China. Kebijakan ini diambil demi mempertimbangkan kelangsungan bisnis perodusen baja di negara lain.

Liqun menyodorkan sejumlah opsi. Misal pengenaan pajak ekspor yang lebih tinggi. "Namun potensi ekspor baja sebesar 100 juta ton tahun ini tidak mungkin bisa dibendung," ujar dia.

Berdasarkan laporan Forbes, September 2015 lalu, baja murah dari China telah menyebabkan produsen baja terbesar di dunia, ArcelorMittal terusik. Berdasarkan laporan ArcelorMittal, harga baja asal China 25% di bawah biaya produksi produsen baja di Afrika Selatan.

ArcelorMittal pun mengajukan petisi kepada Pemerintah Afrika Selatan agar menaikkan tarif impor baja asal China ke negera tersebut. Yang bisa dilakukan para produsen baja seperti ArcelorMittal tidak lain adalah dukungan regulasi dan proteksi, berupa pengenaan pajak lebih tinggi baru impor baja dari China.

Pada 2014, total produksi baja China mencapai 823 juta ton. Pada saat itu, permintaan dari dalam negeri China sendiri berjumlah 711 juta ton. Tapi kini, saat ekonomi melemah, China pun mengekspor kelebihan produksi baja.

Editor: Hendra Gunawan