Produsen tempe-tahu ancam mogok produksi (lagi)



JAKARTA. Masalah harga kedelai belum usai. Meski keran impor sudah dibuka lebar, nyatanya harga kedelai di pasar domestik tetap saja tinggi. Makanya, produsen tahu-tempe mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk segera meneken peraturan presiden (Perpres) tentang tata niaga kedelai.

Fluktuasi harga kedelai yang cukup tajam telah menyebabkan produsen tahu-tempe terjerat utang ke importir dan kesulitan melakukan perencanaan produksi. Hal itu disampaikan jajaran pengurus Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia, saat berkunjung ke Kompas, Rabu (13/3).

"Kami sudah capek dengan janji-janji. Terakhir Menteri Perdagangan menjanjikan bahwa Harga Pembelian Pemerintah (HPP) kedelai bakal keluar akhir Februari. Nyatanya sampai sekarang belum keluar juga. Janji HPP sudah dilontarkan sejak tahun lalu, tapi sampai sekarang belum terealisasi," kata Ketua Umum Gakopti Aip Syarifuddin.


Aip mengatakan jika sampai akhir Maret nanti, Perpres tentang HPP kedelai belum juga keluar, produsen mengancam akan melakukan demonstrasi dan mogok produksi, seperti pernah terjadi pertengahan tahun lalu. Akibatnya, ketika itu, konsumen kesulitan mendapatkan tempe-tahu.

"Kesabaran kami sudah habis. Harga kedelai sangat fluktuatif. Dalam sehari bisa naik dua kali. Importir menggunakan acuan harga di bursa komoditas Chicago Board of Trade (CBOT). Hal itu membuat kita terjerat utang," paparnya.

Kompas.com

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Amal Ihsan