KONTAN.CO.ID - Simak profil Reza Pahlavi yang menjadi pembahasan internasional. Pada 13 Juni 2025, di tengah meningkatnya ketegangan akibat serangan udara Israel ke situs militer dan nuklir Iran, Reza Pahlavi menyampaikan pernyataan tegas dalam bahasa Persia melalui platform sosialnya. Melansir dari Reuters, Ia menuding Ayatollah Khamenei telah “sekali lagi menyeret Iran ke dalam perang yang bukan merupakan peperangan rakyat Iran, tetapi perang rezim Islam dan Khamenei”. Dalam pernyataannya, ia menyerukan kepada militer, polisi, dan alat intelijen Iran agar “berpisah dari rezim korup dan tidak kompeten ini, serta bergabung dengan rakyat”.
Dorongan untuk Protes Massal dan Mogok Nasional
Profil Reza Pahlavi
Reza Pahlavi adalah putra sulung dari Mohammad Reza Pahlavi, Shah (Raja) terakhir Iran sebelum Revolusi Islam tahun 1979. Ia dianggap sebagai penerus tahta oleh para pendukung monarki Iran meskipun negara tersebut kini berbentuk republik Islam. Profil Singkat Reza Pahlavi- Nama lengkap: Reza Cyrus Pahlavi
- Lahir: 31 Oktober 1960, di Teheran, Iran
- Orangtua: Mohammad Reza Pahlavi (Shah Iran) dan Farah Diba (Permaisuri)
- Status: Putra Mahkota Iran (hingga penggulingan monarki 1979)
- Domisili: Amerika Serikat
Pendidikan dan Karier
Reza Pahlavi meninggalkan Iran bersama keluarganya pada usia 18 tahun saat pecah Revolusi Islam. Ia sempat menjalani pendidikan militer di USAF Academy (Angkatan Udara Amerika Serikat) di Colorado, namun tidak menyelesaikannya secara penuh karena alasan politik dan keamanan. Setelah itu, ia menekuni studi ilmu politik dan hubungan internasional. Sejak pengasingan, Reza Pahlavi aktif sebagai aktivis politik yang menentang rezim Republik Islam Iran. Ia menyuarakan perubahan sistem pemerintahan di Iran melalui cara damai dan demokratis, serta mendorong referendum untuk menentukan bentuk negara (monarki konstitusional atau republik sekuler).Jabatan atau Aktivitas Politik
Meskipun tidak memegang jabatan resmi pemerintahan, Reza Pahlavi dipandang sebagai figur simbolik pemersatu oleh kelompok oposisi luar negeri yang pro-monarki dan pro-demokrasi. Ia mendirikan dan terlibat dalam berbagai organisasi advokasi dan gerakan masyarakat sipil untuk mempromosikan demokrasi di Iran, termasuk mendukung para aktivis HAM dan pengunjuk rasa dalam negeri. Pada beberapa kesempatan, ia juga mendesak dunia internasional untuk mendukung rakyat Iran dalam melawan otoritarianisme pemerintah. Baca Juga: Meningkatnya Konflik Iran-Israel Berpotensi Berdampak Terhadap Asuransi Marine CargoKontroversi
- Legitimasi sebagai pemimpin oposisi: Meski banyak pendukung, sebagian kelompok oposisi mengkritiknya karena dianggap terlalu elitis, tidak cukup aktif di dalam negeri, dan tidak mewakili suara seluruh rakyat Iran.
- Hubungan dengan negara asing: Kritikus juga menuduhnya terlalu bergantung pada dukungan dari negara-negara Barat, seperti Amerika Serikat dan Israel.
- Isu royalti dan dana: Ada kritik mengenai penggunaan dana donasi publik dan sumber keuangannya yang dianggap kurang transparan.
- Sikap terhadap monarki: Walau ia mendukung monarki konstitusional sebagai opsi, banyak warga Iran — khususnya generasi pasca-revolusi — menolak gagasan kembalinya sistem kerajaan.