KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Geoprima Solusi Tbk akan menyemarakkan daftar emiten yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Emiten yang bergerak di bidang reparasi alat ukur, alat uji dan peralatan navigasi, serta pengontrol ini akan mencatatkan sahamnya di BEI pada perdagangan besok (6/9). Mengutip keterbukaan informasi di laman BEI, Jumat (3/9), Geoprima Solusi akan menggunakan kode perdagangan saham GPSO. Dalam aksi korporasi ini, GPSI melepas 166,66 juta saham biasa atas nama, atau sebesar 25% dari modal ditempatkan dan disetor setelah penawaran umum perdana saham. GPSO mematok harga penawaran sebesar Rp180 per saham. Harga tersebut merupakan batas atas dari perkiraan harga saat proses
book building, yakni Rp 175-Rp 180 per saham. Dus, GPSO memperoleh dana segar senilai Rp 29,99 miliar dari aksi korporasi ini.
Geoprima juga menerbitkan 166,66 juta Waran Seri I yang menyertai saham baru. Jumlah tersebut setara 33,33% dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh pada saat pernyataan pendaftaran dalam rangka IPO disampaikan.
Baca Juga: GTS Internasional meramaikan daftar emiten pelayaran di bursa Mengutip prospektus GPSO yang diunggah di laman e-IPO, dikutip Minggu (5/9), dana hasil IPO akan digunakan GPSO untuk dua keperluan. Pertama akan digunakan untuk belanja modal dengan rincian sekitar 31,42% akan digunakan untuk pembelian aset berupa rumah toko (Ruko) dari pihak terafiliasi GPSO. Kemudian, sekitar 37,70% akan digunakan untuk pembelian
Lidar optech atau
light detection and ranging yang merupakan sebuah teknologi peraba jarak jauh optik yang mengukur dengan cahaya yang tersebar untuk menemukan jarak dan informasi lainnya. Lidar yang dipakai untuk pesawat dapat mengukur posisi dan gambar berupa koordinat xyz. Optech adalah salah satu merk dari produk Lidar. Pembelian atas lidar optech tersebut adalah dengan pihak ketiga (non afiliasi), yang akan dilakukan pada tahun 2021. Lidar ini akan dipergunakan oleh GPSO sebagai alat utama dalam melakukan kegiatan usaha dalam jasa pengukuran. Kedua, hasil dana IPO akan digunakan untuk modal kerja dengan rincian sekitar 20,95% akan digunakan untuk pembelian persediaan yaitu
unmanned aerial vehicle (UAV) atau pesawat tanpa awak dengan
principal dari luar negeri yang merupakan pihak ketiga (non Afiliasi) yaitu South Survey & Mapping Instrument Co., Ltd,. Seluruh pembelian persediaan akan dilakukan pada tahun 2021.
Baca Juga: Masuk masa penawaran, Prima Andalan Mandiri patok harga IPO di Rp 1.420 per saham Sisanya sekitar 9,93% akan digunakan untuk biaya pemasaran, promosi dan iklan serta sewa kantor perwakilan. Sedangkan dana yang diperoleh dari pelaksanaan Waran Seri I, jika dilaksanakan oleh pemegang waran, maka akan digunakan seluruhnya untuk modal kerja GPSO yaitu untuk pembelian persediaan barang. Pembangunan infrastruktur menjadi peluang bagi GPSO untuk mengembangkan usahanya. Dimulainya beberapa proyek infrastruktur membuat kebutuhan akan alat-alat survei menjadi sangat besar. Produk-produk GPSO dapat membantu Pemerintah untuk melakukan pemetaan.
Selain itu, kekayaan alam Indonesia seperti pertambangan emas, pertambangan batubara, perkebunan kelapa sawit juga menjadi peluang bagi GPSO. Dengan penambahan aset tetap seperti pembelian Lidar, GPSO dapat mengembangkan kegiatan usaha seiring dengan berkembangan industri yang ada. Dari sisi kinerja, GPSO membukukan pendapatan bersih senilai Rp 1,95 miliar per kuartal I-2021. Jumlah ini menurun 55,4% dari pendapatan di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 4,37 miliar. Di periode tersebut, GPOS membukukan kerugian bersih senilai Rp 242,72 juta, berbanding terbalik dari kondisi di kuartal I-2020 dimana GPSO masih membukukan laba bersih hingga Rp 1,72 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli