JAKARTA. Aksi profit taking menyebabkan harga tembaga tergelincir. Mengutip Bloomberg, Kamis (16/6), kontrak harga tembaga untuk pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) terkikis 1,5% menjadi US$ 4.571 per metrik ton. Tapi dalam sepekan terakhir harga sudah melambung 1,24%. Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim menuturkan, koreksi harga tembaga hanya sementara. Pendorongnya berasal dari teknikal, lantaran kenaikan di hari sebelumnya terlampau tajam. Alhasil muncul aksi profit taking. "Selain itu, tekanan datang dari stok di LME yang tergolong tinggi," tuturnya. Sebelumnya, stok tembaga di LME menyentuh rekor akibat kurangnya penyerapan dari permintaan global.
Laporan Bloomberg Inteligence menyebutkan, delapan produsen terbesar tembaga berencana meningkatkan produksi di tahun ini. Walau demikian Ibrahim optimistis, kans harga tembaga kembali naik pada Jumat (17/6). Sokongan datang setelah The Fed memutuskan mempertahankan suku bunga di level sekarang. Apalagi pasar masih dibalut kecemasan, karena semakin dekatnya referendum Brexit yang digelar 23 Juni nanti. "Dengan buruknya keadaan ekonomi global akibat keputusan The Fed yang dovish dan Brexit, maka pasar akan memilih investasi di komoditas," ujar Ibrahim. Katalis positif datang dari data Negeri Panda mengenai realisasi pembangunan infrastruktur dan properti. Dengan meningkatnya pembangunan properti di Tiongkok, permintaan tembaga juga meningkat hingga sekitar 12% pada kuartal I-2016. Jika hal itu terus berlangsung, diprediksi secara global stok tembaga bisa turun 7,1% di tahun ini.