Profit taking menjegal laju rupiah



JAKARTA. Koreksi teknikal jadi batu sandungan pergerakan rupiah setelah menguat cukup signifikan dalam beberapa waktu terakhir.

Di pasar spot, Rabu (3/8) nilai tukar rupiah terkikis 0,24% di level Rp 13.121 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Sejalan, di kurs tengah Bank Indonesia pelemahan rupiah sekitar 0,27% di level Rp 13.114 per dollar AS.

Josua Pardede, Ekonom Bank Permata menuturkan pelemahan terjadi karena adanya aksi profit taking di pasar setelah dalam beberapa hari terakhir rupiah terus unggul. Kesempatan ini datang karena pasar sedang mengantisipasi data ekonomi terbaru dari AS serta minimnya dukungan ekonomi terbaru dari dalam negeri.


“Kini pasar sedang menanti data tenaga kerja non sektor pertanian yang dirilis ADP serta data ISM non manufaktur,” kata Josua.

Diprediksi kedua data ini tidak menggembirakan pelaku pasar. Sehingga bisa mengakibatkan USD kembali melemah Kamis (4/8).

Kemungkinan data ADP tidak banyak berubah yakni turun dari 172.000 menjadi 171.000 sedangkan ISM non manufaktur Juli 2016 juga turun dari 56,5 menjadi 56,0. “Kalau benar negatif seperti dugaan, ada kans rupiah untuk unggul lagi Kamis (4/8),” perkiraan Josua.

“Perlu juga mengamati pergerakan minyak mentah dunia, kalau terus di bawah US$ 40 per barel maka rupiah akan tetap dalam tekanan,” perkiraan Josua.

Sebab, domestik juga tertopang oleh data inflasi yang masih dalam kategori aman. Kini belum ada sentimen terbaru, pasar hanya menunggu rilis data cadangan devisa pada akhir pekan nanti.

Sementara, net buy asing di pasar keuangan untuk bond saja per 1 Agustus 2016 tercatat menyentuh Rp 1,7 triliun. Jelas itu menguntungkan rupiah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto