Profitabilitas Indocement (INTP) Diproyeksi Membaik di 2023, Ini Rekomendasi Sahamnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga komoditas energi, salah satunya batubara, turut menggerus profitabilitas sejumlah emiten yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar. Tak terkecuali emiten semen, yakni PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP).

Namun, profitabilitas INTP diproyeksi membaik seiring mulai melandainya harga energi. 

Limartha Adhiputra, analis UOB-Kay Hian Sekuritas memperkirakan, laba bersih INTP tahun depan akan tumbuh 48,9%, seiring dengan harga batubara yang terkoreksi. 


Selain itu, Indocement  juga telah mengamankan 50% dari batubara dengan harga domestic market obligation (DMO) hingga kuartal pertama 2023. Asumsinya, batubara DMO dijual dengan harga sekitar US$45 per ton untuk jenis batubara nilai kalori rendah.

Baca Juga: Tekan Emisi, Indocement (INTP) Gencarkan Penggunaan Semen Hijau Ramah Lingkungan

Selain itu, INTP juga meningkatkan penggunaan sumber energi alternatif selain batubara, seperti listrik dan bahan bakar alternatif guna mengurangi konsumsi batubara. 

Per akhir September 2022, Limartha menyebut tingkat konsumsi bahan bakar alternatif INTP telah meningkat menjadi 18,4% dibandingkan dengan konsumsi bahan bakar alternatif pada tahun 2021 yang hanya  12,2%.

Kinerja INTP juga bakal terdorong dengan aksi ekspansif emiten ini, dimana INTP akan mendorong penjualan semen di proyek Ibu Kota Negara (IKN), Jawa Timur dan Sulawesi. 

INTP akan menggenjot penjualan produk Semen Hijau (Beton) untuk proyek infrastruktur dan komersial, termasuk pembangunan IKN. 

Pabrik semen sewaan dan fasilitas pendukung lainnya di Maros, Sulawesi Selatan juga telah beroperasi di bawah merek Semen Bosowa Maros (SBM) untuk menembus pasar Indonesia timur dan ekspor. 

Kedua pasar tersebut merupakan pasar yang sedang berkembang. Sementara itu, pabrik penggilingan semen di Banyuwangi juga difokuskan untuk menembus pasar Jawa Timur dan Bali.

Baca Juga: Menerka Prospek dan Rekomendasi Saham Emiten Semen Tahun Depan

Untuk tahun ini, Limartha menilai INTP akan dapat mencapai target proyeksi pendapatan sebesar Rp16,9 triliun, dengan proyeksi volume penjualan semen yang flat. 

EBITDA tahun ini diharapkan mencapai Rp2,7 triliun, turun 10,6% secara tahunan. Sedangkan laba bersih INTP diperkirakan sebesar Rp 1,2t, menurun 32,1% secara tahunan dari laba bersih tahun 2021 sebesar Rp 1,8 triliun.

Penjualan semen diperkirakan tumbuh 1%-2% pada tahun depan. Pendapatan INTP diharapkan meningkat 3,4% secara tahunan menjadi Rp 17,5 triliun tahun depan, seiring volume penjualan semen dapat tumbuh 1,5% secara tahunan menjadi 18,2 juta ton.

UOB-Kay Hian mempertahankan rekomendasi beli saham INTP dengan target harga Rp 11.500. 

“Kami memperkirakan laba bersih INTP tumbuh 48,9% pada tahun 2023, didukung oleh biaya energi yang lebih rendah, dengan margin bersih pulih menjadi 10,4% pada tahun 2023, dan potensi pertumbuhan penjualan dari proyek IKN dan pasar Indonesia Timur,” tulis Limartha dalam riset, Jumat (25/11).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi