KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan pencampuran minyak sawit 20% ke bahan bakar minyak (BBM) solar atau biodiesel 20% (B20) tidak berjalan mulus. Penyebabnya, masalah logistik di lapangan dan juga proses distribusi biodiesel ke masing-masing daerah yang tidak sesuai dengan purchase order (PO) yang memiliki jangka waktu 14 hari. Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Togar Sitanggang mengamini kendala tersebut. "Kendala hanya di logistik. Tidak ada masalah dengan pasokan kelapa sawit dan biodiesel," katanya, Selasa (2/10). Togar melanjutkan, jangka waktu PO 14 hari masih terkendala dengan jarak masing-masing daerah di Indonesia. "Bagi sebagian wilayah di Indonesia cukup, namun ada lokasi tertentu yang memang butuh waktu lebih lama dari tenggat waktu tersebut," ujarnya.
Program B20 terkendala logistik dan distribusi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan pencampuran minyak sawit 20% ke bahan bakar minyak (BBM) solar atau biodiesel 20% (B20) tidak berjalan mulus. Penyebabnya, masalah logistik di lapangan dan juga proses distribusi biodiesel ke masing-masing daerah yang tidak sesuai dengan purchase order (PO) yang memiliki jangka waktu 14 hari. Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Togar Sitanggang mengamini kendala tersebut. "Kendala hanya di logistik. Tidak ada masalah dengan pasokan kelapa sawit dan biodiesel," katanya, Selasa (2/10). Togar melanjutkan, jangka waktu PO 14 hari masih terkendala dengan jarak masing-masing daerah di Indonesia. "Bagi sebagian wilayah di Indonesia cukup, namun ada lokasi tertentu yang memang butuh waktu lebih lama dari tenggat waktu tersebut," ujarnya.