KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Anak usaha Pertamina, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) mengungkap bahwa program green refinery di Kilang Cilacap saat ini telah memasuki tahap kedua. Cilacap Green Refinery adalah program yang digagas Pertamina untuk memproduksi bioavtur atau bahan bakar pesawat yang dibuat dari campuran avtur dan kelapa sawit. Hermansyah Y Nasroen, Corporate Secretary Kilang Pertamina Internasional, mengatakan bahwa pihaknya telah menyelesaikan tahap satu pada program ini pada tahun 2022.
"Pada tahap ini, KPI berinovasi dengan melakukan modifikasi unit eksisting. Tujuannya agar Kilang Cilacap mampu menghasilkan produk HVO (Green Diesel) dari Refined Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO) dengan standalone process (100% feedstock RBDPO) dan Sustainable Aviation Fuel (SAF) dari Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO) dengan co-processing (2,4% RBDPKO)," jelas Hermansyah saat dihubungi Kontan, Selasa (2/7).
Baca Juga: Kilang Pertamina Internasional (KPI) Investor Investasi ke Proyek Green Refineries Pada tahun 2024, KPI akan mengembangkan Green Refinery Cilacap tahap kedua yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pengolahan menjadi 6 KBPD dengan varian feedstock yang lebih luas, termasuk mampu mengolah Minyak Jelantah atau Used Cooking Oil (UCO). "Saat ini tahap dua sedang dalam tahap penyelesaian dokumen engineering dan proses persetujuan investasi Pre-ID," tambahnya. Adapun, kilang Green Refinery Tahap 1 telah mampu menghasilkan SAF J2.4% dengan kapasitas pengolahan 8 KBPD (2,4% RBDPKO). Sebelumnya, SAF J2.4% atau bioavtur 2,4 persen telah dilakukan uji coba pada pesawat CN235-220 FTB (Flying Test Bed) milik PT Dirgantara Indonesia pada 2021 lalu. Yang terbaru, pada 2023, SAF telah diuji coba pada penerbangan komersial perdana dengan menggunakan pesawat Garuda Boeing 737-800 NG. Seremonial Flight SAF tersebut dilakukan di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno - Hatta dengan tujuan Bandara Adi Soemarmo (Surakarta), dan kembali ke Jakarta. "Dan untuk Green Refinery Tahap 2 mampu menghasilkan SAF 100% (neat SAF) dengan mengolah UCO/POME sebanyak 6 KBPD," katanya. "Bioavtur-SAF produksi KPI sudah memenuhi standar internasional untuk spesifikasi Avtur ASTM D 1655, Defstan 91-91 latest issued, serta SK Dirjen Migas No 59 Tahun 2022," tambah Hermansyah.
Baca Juga: Pertamina NRE dan KPI Teken Kerjasama Penyediaan Energi Rendah Karbon Terkait pemilihan Kilang Cilacap, dirinya mengatakan bahwa program ini memungkinkan kilang untuk mengolah berbagai jenis feedstock antara lain Crude Palm Oil (CPO), Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO), dan Used Cooking Oil (UCO) atau minyak jelantah.
"Kebutuhan minyak jelantah nantinya akan dipenuhi melalui supplier/perusahaan yang selama ini telah mengumpulkan minyak jelantah di berbagai kota di Indonesia baik untuk digunakan di dalam negeri atau untuk pangsa ekspor," katanya. Asal tahu saja, implementasi bioavtur untuk industri penerbangan di Indonesia sebetulnya ditargetkan sejak Permen ESDM Nomor 12 Tahun 2015 disahkan. Dalam permen tersebut, campuran bioavtur ditargetkan mencapai 2 persen pada 2016, 3 persen pada 2020, dan 5 persen pada 2025. Terkait percobaan lanjutan yang berhubungan dengan peningkatan persentase campuran kandungan kelapa sawit, Hermansyah mengatakan pihaknya masih belum merencanakan hal tersebut. "Uji coba baru kemarin saja," tutupnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .