Program Insentif Pembelian Motor Listrik Belum Melibatkan Pelaku Usaha



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah produsen motor listrik menunggu perincian petunjuk pelaksanaan (juklak) program pemberian insentif motor listrik. Pasalnya sampai dengan saat ini, pelaku usaha belum mendapatkan sosialisasi dari pemerintah. 

Kemarin Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, kira-kira motor listrik yang baru akan diberikan insentif sekitar Rp 8 juta, sementara motor konversi sekitar Rp 5 juta.

CEO sekaligus Co Founder PT Alessa Motor Nusantara, Soetadji menerima baik rencana pemberian insentif ini dari pemerintah. Namun dia berpesan jangan sampai peraturan ini terus menggantung tanpa adanya kejelasan. 


“Jangan digantung begini karena sekarang orang yang mau beli nunggu-nunggu, pada hold purchase. Jadi penjualan kami menurun,” kata Soetadji kepada Kontan.co.id, Kamis (15/12). 

Baca Juga: Targetkan Kuasai Pasar Kendaraan Listrik di Atas 20%, IBC Ambil Alih Saham GESITS

Soetadji juga mengusulkan agar insentif ini jangan diberikan ke produsen maupun ke pembeli, melainkan dibayarkan sebagai down payment (DP) ketika orang mau membeli motor. Sebab, selama ini 90% pembelian motor melalui leasing

Soetadji memaparkan saat ini kapasitas pabrik motor Alessa 200 unit per hari atau kurang lebih 5.000 per bulan. Namun saat ini utilisasi pabrik baru mencapai 15% sehingga ketika ada lonjakan permintaan seiring dengan berjalannya pemberian insentif, pihaknya belum perlu melakukan investasi tambahan untuk menambah kapasitas. 

Marketing Communication Viar Motor Indonesia, Franky Osmond menyatakan sampai saat ini belum ada pembicaraan terkait pemberian insentif ini ke pelaku usaha, maka itu dia menunggu kejelasan juklak. 

“Dengan wacana pemberian insentif yang digaungkan oleh Kemenko Marves dampaknya besar sekali. Cukup banyak masyarakat yang menghubungi kami menanyakan subsidi sebelum mau membeli motor listrik,” ujarnya saat dihubungi terpisah. 

Baca Juga: Kemenko Marves: Adopsi Kendaraan Listrik Perlu Dipercepat

Saat ini penjualan motor Viar masih didominasi ke perusahaan melalui skema business to business (B2B) sedangkan untuk segmen ritel masih kecil. 

Franky menjelaskan, kapasitas pabrik Viar cukup tinggi yakni 1.000 unit per minggu atau 4.000 unit per bulan. Namun, saat ini pihaknya memproduksi sesuai dengan kebutuhan dan mengamankan stok nasional karena kendaraan listrik tidak bisa disimpan terlalu lama karena berkaitan dengan baterai. 

Setali tiga uang, Marketing Director at PT Hartono Istana Teknologi, Tekno Wibowo menyambut baik adanya rencana insentif pembelian motor listrik. Hanya saja bagaimana mekanisme dan jadwal pelaksanaan belum ada sehingga membuat calon pembeli ragu. 

“Semoga segera bisa jelas jadwal dan mekanismenya supaya produsen juga bisa jualan dan konsumen tidak ragu-ragu lagi,” harapnya. 

Jika program pemberian insentif ini sudah berjalan, Polytron akan menghitung ulang potensi pasar dan menaikkan kapasitas produksinya. Saat ini Polytron dapat memproduksi 12.000 unit per tahun. 

Baca Juga: Soal Subsidi Kendaraan Listrik, Pemerintah Tidak Akan Buru-Buru

Secara umum, Tekno melihat, prospek bisnis motor listrik sangat menarik karena semakin mahal bahan bakar minyak, pemakaian kendaraan listrik akan naik. 

“Adanya insentif ini tentu akan mempercepat peralihan yang diharapkan pemerintah bisa mencapai 2 juta unit motor listrik di 2024,” ujar dia. 

Sebelumnya, di ajang IMOS, Polytron merilis motor model terbaru yakni Fox R dengan sistem sewa baterai bulanan yang dia klaim mendapat respon sangat baik. 

“Dengan pengiriman unit mulai Februari 2023, Fox R berhasil membukukan lebih dari 100 konsumen yang melakukan pre-order,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati