JAKARTA. Program Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam rangka Keuangan Inklusif atau beken disebut Laku Pandai) nampaknya menghadapi tantangan lumayan berat. Program inisiasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang keluar sejak Maret 2015 ini nyatanya kurang minat, utamanya dalam menarik minat orang jadi agen yang acap disebut agen branchless banking ini. Hingga kini, bank-bank masih kesulitan mencari agen-agen untuk menjangkau masyarakat pelosok yang selama ini belum terjangkau layanan keuangan. Bank Rakyat Indonesia (BRI) semisal. Kata Hari Siaga, Sekretaris Perusahaan BRI, hingga akhir September, BRI baru punya 11.755 agen. Padahal, BRI mematok target agen branchless banking hingga 50.000 agen. Itu berarti, BRI masih membutuhkan 38.245 agen lagi untuk mencapai target di sisa tiga bulan tahun ini.
Program laku pandai kurang peminat
JAKARTA. Program Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam rangka Keuangan Inklusif atau beken disebut Laku Pandai) nampaknya menghadapi tantangan lumayan berat. Program inisiasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang keluar sejak Maret 2015 ini nyatanya kurang minat, utamanya dalam menarik minat orang jadi agen yang acap disebut agen branchless banking ini. Hingga kini, bank-bank masih kesulitan mencari agen-agen untuk menjangkau masyarakat pelosok yang selama ini belum terjangkau layanan keuangan. Bank Rakyat Indonesia (BRI) semisal. Kata Hari Siaga, Sekretaris Perusahaan BRI, hingga akhir September, BRI baru punya 11.755 agen. Padahal, BRI mematok target agen branchless banking hingga 50.000 agen. Itu berarti, BRI masih membutuhkan 38.245 agen lagi untuk mencapai target di sisa tiga bulan tahun ini.