KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Charoen Pokphand Indonesia (CPIN) dapat diuntungkan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG). Permintaan ayam diperkirakan lebih tinggi untuk mendukung program pemerintah baru tersebut. Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Arinda Izzaty menilai, program Makan Bergizi Gratis dari pemerintah dapat memberikan dampak positif pada emiten unggas seperti CPIN.
Hal itu mengingat daging ayam sebagai salah satu sumber protein utama. Arinda menuturkan, jika ayam digunakan sebagai salah satu komponen utama dalam program makan siang ini, maka dapat meningkatkan konsumsi domestik ayam, serta mengurangi surplus pasokan (
oversupply) yang saat ini menjadi isu dalam industri unggas.
Permintaan tambahan dari program pemerintah dapat membantu menyeimbangkan pasar, yang pada gilirannya dapat mengurangi volatilitas harga ayam yang sering kali dipengaruhi oleh kelebihan pasokan.
Baca Juga: IHSG Masih Berpotensi Menguat Kamis (16/1), Cermati Saham Berikut ‘’CPIN memiliki peluang untuk bekerja sama dengan pemerintah sebagai penyedia daging ayam untuk program ini (MBG). Dengan kapasitas produksi dan distribusi yang besar, CPIN dapat memanfaatkan peluang ini untuk memperluas pasar,’’ jelas Arinda kepada Kontan.co.id, Rabu (15/1). Namun demikian, Arinda berujar, keberhasilan CPIN dalam memanfaatkan program makan bergizi gratis sangat bergantung pada kemampuan perusahaan menjalin kemitraan strategis dengan pemerintah dan memastikan distribusi yang efisien. Di lain sisi, harga pakan dari bahan baku jagung dan bungkil kedelai diharapkan tetap stabil. Sebab, harga pakan merupakan salah satu komponen biaya terbesar dalam produksi unggas. Arinda menilai, kebijakan pemerintah terkait impor jagung dan bahan baku pakan lainnya akan menjadi tantangan tersendiri.
Hal itu mengingat pemerintah berkomitmen ingin menyetop impor beras, jagung, dan gula. Apabila tidak dapat memenuhi permintaan pasar, maka harga pakan ternak yang berbahan dasar jagung bisa naik.
Selain itu, ketersediaan jagung dalam negeri seringkali dipengaruhi oleh musim panen dan cuaca. ‘’Jika harga jagung dan bungkil kedelai stabil, ini dapat mengurangi tekanan pada margin keuntungan CPIN. Tren harga pakan sangat dipengaruhi oleh cuaca, pasokan global, dan dinamika pasar internasional,’’ imbuh Arinda. Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Ezaridho Ibnutama memaparkan bahwa Ayam Broiler masih mendominasi kontribusi pendapatan CPIN dengan 50%, diikuti oleh Pakan 26%, Ayam Olahan 18%, DOC 4%, dan segmen Lainnya 2%. CPIN melaporkan pelemahan di kuartal ketiga 2024, terlihat dari pendapatan mengalami penurunan sekitar 2% qoq dan pendapatan naik tipis 3,2% yoy. Namun demikian, kinerja pendapatan tetap tangguh selam periode Januari-September 2024 dengan pertumbuhan 5% yoy menjadi Rp 49,71 triliun. Menurut Ezaridho, CPIN kemungkinan mampu membukukan kinerja positif di kuartal IV-2024, membalikkan keadaan dan memutus tren negatif selama dua tahun terakhir. Optimisme itu karena mempertimbangkan adanya program Makan Bergizi Gratis, mendorong pendapatan akumulatif 2024 menjadi Rp 68,14 triliun daripada Rp 61,61 triliun di 2023. ‘’Kami berpendapat CPIN berpotensi untuk membalikkan keadaan dengan pertumbuhan positif di kuartal IV-2024. Dasar dari asumsi kami berasal dari keterlibatan CPIN dalam Program Makan Bergizi Gratis Pemerintah yang dapat menghasilkan kontrak
Government-to-Business (G2B) yang cukup besar,’’ ungkap Ezaridho dalam riset 7 Januari 2025. Di lain sisi, Ezaridho mengantisipasi, kinerja CPIN dapat terpengaruh ketidakpastian anggaran berulang dan dampak keuangan Makan Siang Gratis Bergizi. Patut diwaspadai pula potensi
lockdown karena adanya pandemi baru oleh virus HMPV dan kasus Flu Burung H5N1 dapat mengurangi konsumsi unggas. Secara keseluruhan, Ezaridho mempertahankan rekomendasi
Buy untuk CPIN dengan target harga Rp 5.550 per saham. Sementara itu, Arinda menyarankan Buy untuk CPIN dengan target harga lebih tinggi di Rp 6.050 per saham.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Setelah IHSG Melonjak 1,77% dan BI Pangkas Suku Bunga 25 Bps Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Sulistiowati