Program para direktur baru di Kementerian ESDM



JAKARTA. Mohammad Hidayat masih bertanya-tanya mengenai tugas baru apa yang akan diembannya ketika diminta pulang dari Bangkok, Thailand Rabu (6/5) malam. Dia diminta pulang untuk menghadiri acara pelantikan eselon I dan eselon II Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) esok harinya. Saat ini, ia sedang menjalani tugas pendidikan dan pelatihan tingkat dua di Negeri Gajah Putih. Barulah pada Kamis (7/6) pagi, mantan Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Geologi ini tahu bahwa dirinya diamanatkan untuk mengurus dan membina sektor mineral di Tanah Air. Hidayat ditunjuk menjabat sebagai Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara. "Saya diminta pulang dari Bangkok tadi (Rabu) malam untuk menghadiri pelantikan, dan saya benar-benar baru tahu ketika berdiri di acara pelantikan, Kamis sore ini saya akan kembali ke Bangkok untuk melanjutkan pelatihan hingga 31 Juni depan," kata Hidayat usai mengikuti acara pelantikan, Kamis siang. Baginya, sektor mineral menjadi hal yang baru mengingat pengalamannya justru lebih banyak di Pusdiklat Geologi dan sebagai Direktur Hilir Minyak dan Gas Bumi (migas). Oleh karena itu, Hidayat belum mau berbicara banyak terkait inovasi apa saja yang bakal diperjuangkan terkait pengusahaan tambang mineral. Meski demikian, ia akan berupaya untuk banyak belajar soal regulasi mineral. Apalagi Menteri ESDM Sudirman Said dalam sambutan di acara pelantikan secara spesifik memberikan pesan agar program hilirisasi mineral harus terus dijalankan. "Bagi saya sebagai orang baru ya harus banyak belajar, tantangan ke depan ini akan berat. Pak menteri juga menyatakan agenda utama yaitu konsolidasi pertambangan dengan daerah dan hilirisasi mineral," ujar dia. Hidayat berharap, pengalamannya di sektor hilir migas bisa berguna untuk menjalankan program pabrik pemurnian mineral (smelter) sebagaimana yang diamanatkan UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara. "Program smelter harus benar-benar dikawal, itu perlu untuk menjaga kedaulatan," kata dia. Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Bambang Gatot Ariyono yang juga baru dilantik mengatakan, pihaknya siap mengurai kendala-kendala agar agenda utama sektor mineral dan batubara bisa berjalan optimal. Menurutnya, dari seluruh komoditas tambang mineral, hanya proyek pembangunan pabrik logam nikel saja yang menunjukkan progres signifikan, sedangkan lainnya masih tersendat. Padahal, mestinya program hilirisasi mineral dengan tujuan peningkatan nilai tambah di dalam negeri sudah bisa berjalan sejak 12 Januari 2014 silam, sayangnya target realisasi diundur sampai 2017 depan. "Seharusnya program ini memang sudah selesai, tapi mundur dan terus mundur, karena memang ada berbagai masalah yang belum diselesaikan," kata Bambang. Asal tahu saja, beberapa komoditas mineral seperti tembaga, besi, mangan, seng, dan timbal masih diperkenankan untuk ekspor meskipun baru tahap pengolahan dan belum dimurnikan di dalam negeri. Pemerintah memberikan batas waktu untuk bisa dimurnikan di dalam negeri paling lambat 12 Januari 2017. Tanpa menyebut secara detail, Bambang bilang, akan mempersiapkan banyak agar program hilirisasi ini bisa berjalan. "Bagaimana strateginya, saya akan melanjutkan saja," singkatnya.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie