KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani memastikan program pemulihan ekonomi nasional (PEN) akan dilanjutkan pada tahun 2021 untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi Indonesia. Dalam konferensi pers Nota Keuangan dan RUU APBN 2021, Sri Mulyani menjelaskan, untuk kelanjutan program PEN pada RAPBN tahun 2021 akan dialokasikan anggaran sekitar Rp 356,5 triliun. Anggaran PEN tersebut untuk enam sektor yang sama seperti di tahun 2020.
Berikut adalah sektor-sektor yang difokuskan dari program PEN.
Pertama, kesehatan dengan anggaran sekitar Rp 25,4 triliun untuk pengadaan vaksin antivirus, sarana dan prasarana kesehatan, laboratorium, litbang, serta bantuan iuran BPJS untuk PBPU. Anggaran itu turun jika dibandingkan pada anggaran tahun 2020 yang sekitar Rp 87,55 triliun.
Baca Juga: Pemerintah targetkan penerimaan pajak 2021 tumbuh 5,8% Kedua, perlindungan sosial sebesar sekitar Rp 110,2 triliun, melalui program keluarga harapan, kartu sembako, kartu pra kerja, serta bansos tunai. Anggaran ini menurun dibandingkan dengan tahun 2020 yang sebesar Rp 203,9 triliun.
Ketiga, sektoral kementerian/lembaga dan pemda dengan anggaran sekitar Rp 136,7 triliun yang ditujukan untuk peningkatan pariwisata, ketahanan pangan dan perikanan, kawasan industri, pengembangan ICT, pinjaman ke daerah, serta antisipasi pemulihan ekonomi. Anggaran ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2020 yang sekitar Rp 106,11 triliun.
Keempat, untuk sektor UMKM sebesar Rp 48,8 triliun melalui subsidi bunga KUR, pembiayaan UMKM, penjaminan serta penempatan dana di perbankan. Menkeu menyebutkan, anggaran itu menurunĀ dari sebelumnya yakni Rp 123,46 triliun di tahun 2020.
Kelima, pembiayaan korporasi sekitar Rp 14,9 triliun, yang diperuntukkan bagi lembaga penjaminan dan BUMN yang melakukan penugasan. Anggaran di tahun 2021 itu turun dari sekitar Rp 53,57 triliun di tahun 2020.
Keenam, insentif usaha sebesar Rp 20,40 triliun. Anggaran ini juga lebih rendah dari sebesar Rp 120,61 triliun pada tahun 2020.
Baca Juga: Duh, Menkeu Sri Mulyani prediksi ekonomi tahun 2020 bisa minus 1,1%, ini alasannya Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat