KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Program Kementerian Pertanian (Kemtan) dengan memberikan sapi indukan sebanyak 6.000 ekor yang diimpor dari Australia dinilai berpotensi mengalami kegagalan. Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Teguh Boediyana mengingat, pengalaman yang sempat terjadi pada 2016 lalu dengan program pengadaan sapi Australia. Menurut Teguh dua tahun lalu program yang sama pernah dilakukan, hanya saja program tersebut tidak menunjukkan hasil. Hal ini dinilai karena perlakuan yang berbeda antara sapi di Australia dengan sapi di Indonesia.
“Karena saya pernah dengar sebelumnya, walau saya tidak diajak monitoring program-program sapi ini. Banyak yang tidak berhasil, karena perlakuannya berbeda, di Australia sapi ini dibiarkan bebas di padang rumput, kalau disini enggak bisa seperti itu, harus diikat dan dikandangkan,” kata Teguh belum lama ini. Terkait hal tersebut, I Ketut Diarmita selaku Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kemtan) menyatakan bahwa program sama yang dilakukan pada tahun 2016 berjalan dengan baik, bahkan sudah membuahkan hasil. “Pada tahun 2015 dan 2016 pemerintah juga telah melakukan kegiatan serupa, masing-masing sebesar 1.926 ekor dan 4.397 ekor dengan jumlah total keseluruhan sebanyak 6.323 ekor,” kata Ketut kepada Kontan.co.id, Senin (10/12). Jenis sapi indukan yang didistribusikan saat itu adalah sapi Brahman Cross tersebut didistribusikan ke Provinsi Kalimantan Timur, Aceh, Sumatera Utara dan Riau. Berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan oleh Ditjen PKH Kementan pada bulan November 2018, indukan impor yang dipelihara oleh kelompok peternak saat ini telah berkembang menjadi sebanyak 7.439 ekor atau telah mengalami pertumbuhan sebesar 17,65% karena bertambah 1.116 ekor dari jumlah awal. “Bahkan dalam waktu dekat ternak tersebut kemungkinan akan bertambah lagi karena ada 560 ekor dalam keadaan bunting”, ungkap Ketut. Menurutnya, hal tersebut membuktikan bahwa sapi indukan impor dapat dikembangbiakkan dengan baik di Indonesia, namun dalam pemeliharaannya perlu dilakukan dengan manajemen yang baik, terutama dalam hal kecukupan pakan.
“Jika pakan tercukupi, maka aktivitas biologis akan dapat mendukung reproduksi berjalan dengan baik. Ini artinya dengan manajemen pemeliharaan yang baik, pakan tersedia dan tercukupi serta pendampingan, indukan impor dapat berkembang di wilayah Indonesia”, tandasnya. Sementara itu, Sugiono Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak menyebutkan bahwa penerima bantuan sapi indukan impor ini merupakan kelompok ternak dan UPTD yang telah terseleksi/terpilih berdasarkan hasil verifikasi Calon Penerima Calon Lokasi (CPCL) yang dilakukan oleh Tim dari Dinas Peternakan Kabupaten/Provinsi. Verifikasi yang dilakukan mencakup kemampuan pemeliharaan, ketersediaan pakan, sarana dan prasarana yang tersedia. “Ini merupakan persyaratan yang harus dipenuhi sebagai wujud komitmen peternak dalam mengembangbiakkan ternak yang akan diterima”, kata Sugiono. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto