JAKARTA. Implementasi Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) diproyeksikan bakal menjadi potensi konflik baru antara pemberi kerja dan pekerja. Pasalnya, kedua belah pihak merasa keberatan dan enggan menambah beban tambahan dalam mengiur Tapera. Kalangan pekerja merasa saat ini jumlah potongan terhadap gaji mereka sudah terlampau banyak. "Adanya Tapera akan menjadi beban pekerja lagi. Dengan upah minimum yang diterima oleh pekerja saja sudah mepet," ujar Kasiran, Ketua Bidang Pengupahan DPP Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), akhir pekan lalu. Adanya beleid ini berpotensi membuat hubungan antara pemberi kerja dan pekerja menjadi semakin tidak harmonis. Seperti diketahui, persoalan upah minimum saja sejauh ini belum dapat terselesaikan kedua belah pihak. Adanya peket-paket kebijakan tentang ketenagakerjaan juga dirasa menambah keruh keadaan.
Program Tapera berpotensi picu konflik baru
JAKARTA. Implementasi Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) diproyeksikan bakal menjadi potensi konflik baru antara pemberi kerja dan pekerja. Pasalnya, kedua belah pihak merasa keberatan dan enggan menambah beban tambahan dalam mengiur Tapera. Kalangan pekerja merasa saat ini jumlah potongan terhadap gaji mereka sudah terlampau banyak. "Adanya Tapera akan menjadi beban pekerja lagi. Dengan upah minimum yang diterima oleh pekerja saja sudah mepet," ujar Kasiran, Ketua Bidang Pengupahan DPP Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), akhir pekan lalu. Adanya beleid ini berpotensi membuat hubungan antara pemberi kerja dan pekerja menjadi semakin tidak harmonis. Seperti diketahui, persoalan upah minimum saja sejauh ini belum dapat terselesaikan kedua belah pihak. Adanya peket-paket kebijakan tentang ketenagakerjaan juga dirasa menambah keruh keadaan.