KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (Antam) terus menggenjot proyek hilirisasi mineral melalui pembangunan smelter. Manajemen perusahaan tambang plat merah itu pun yakin, target untuk merampungkan proyek downstream pada tahun 2021 bisa tercapai. Direktur Utama Antam Arie Prabowo Ariotedjo menyampaikan, sejumlah proyek pembangunan smelter masih berjalan sesuai target. Pada tahun ini, setidaknya ada empat proyek smelter yang dikejar Antam, satu diantaranya bisa operasi pada pertengahan tahun ini. Smelter yang dimaksud adalah Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Halmahera Timur (P3FH) yang ditargetkan bisa beroperasi pada Juli tahun ini. "Rencananya (selesai) akhir Juli, sekarang hampir selesai," kata Arie kepada Kontan.co.id, Senin (22/4).
Lebih lanjut, Sekretaris Perusahaan Aprilandi Hidayat Setia mengungkapkan, saat ini progres pengerjaan smelter tersebut sudah mencapai 95% per Maret 2019. Ia bilang, fase uji operasi atau
commisioning bisa dilakukan pada Semester I dan fase produksi sudah siap dilakukan pada Semester II. "Sampai Desember 2018 itu realisasi kontruksinya mencapai 92%, kalau Maret sudah 95%. Insha Allah sesuai target," ungkapnya. Asal tahu saja, Smelter Antam di Halmahera Timur tersebut merupakan satu dari tiga smelter yang ditargetkan bisa beroperasi oleh Kementerian ESDM di sepanjang tahun ini. Sementara itu, untuk proyek Nikel Pig Iron (NPI) Blast Furnance di Tanjung Buli, Halmahera Timur, Aprilandi bilang bahwa pihaknya menargetkan ground breaking atas proyek tersebut bisa dikerjakan pada tahun 2019 ini. Aprilandi menyampaikan, proyek NPI Blast Furnance yang berkapasitas 320.000 ton NPI atau setara 30.000 ton nikel dalam NPI (TNi) tersebut memerlukan investasi sekitar US$ 320 juta. "Rencananya terdiri dari delapa line, dan targetnya dua line pertama akan mulai fase produksi pada triwulan IV tahun 2020," terang Aprilandi. Selanjutnya, untuk Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Timur telah dicanangkan pada awal bulan ini. Proyek yang bekerjasama dengan induk holding industri pertambangan BUMN, Inalum, tersebut memerlukan investasi sebesar US$ 850 juta dan ditargetkan bisa mulai beroperasi pada awal tahun 2022. "Konstruksi proyek SGAR tersebut terdiri dari tahap 1 dan tahap 2 dengan total kapasitas produksi sebesar 2 juta ton alumina per tahun," jelas Aprilandi. Adapun, untuk smelter nikel di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sorong, Papua Barat, Aprilandi mengatakan bahwa pihaknya menargetkan pembangunan smelter tersebut bisa berjalan pada tahun 2020. "Operasi komersial-nya pada tahun 2022," kata Aprilandi. Saat ini, sambung Aprilandi, Antam masih melakukan studi kelayakan atau feasibility study (FS) dan studi kelayakan pendanaan atau bankable feasibility study (BFS). "Sementara proses penunjukkan mitra untuk EPC (
Engineering, Procurement and Construction) dilakukan setelah BFS selesai," ungkapnya. Adapun, rencana awal pembangunan smelter ini memiliki kapasitas sebesar 40.000 ton nikel dan 500.000 ton stainless steel per tahun. Sementara, nilai investasi untuk proyek smelter ini diperkirakan bisa mencapai US$ 1 miliar. Namun, menurut Aprilandi, detail dari perencanaan itu baru akan diketahui setelah proses BFS selesai dilakukan. "Detail nilai investasinya juga sedang dalam tahap perhitungan di dalam BFS tersebut," ujarnya. Untuk proyek smelter ini, Arie mengatakan bahwa setelah pihaknya gagal menemukan pemenang dalam beauty contest, Antam akan segera mencari partner setelah FS dan BFS selesai. Arie bilang, proses tersebut ditargetkan bisa segera selesai pada pertengahan tahun ini dan ground breaking dapat dikerjakan sebelum tutup tahun 2019.
"Semua on target, jadi kita harapkan di akhir tahun bukan hanya selesai dari segi FS, tapi sudah mulai
ground breaking sehingga diakhir tahun 2021 sudah selesai (seluruh proyek smelter)," ungkap Arie. Sebelumnya, Arie sudah menargetkan proyek-proyek hilirisasi (downstream) Antam akan selesai pada akhir tahun 2021. Sehingga, pada tahun 2022, Antam sudah tidak lagi mengekspor ore, lantaran sudah bisa terserap oleh smelter. "Pas di Januari 2022 sudah tidak lagi ekspor ore, sudah bisa terserap oleh pabrik-pabrik (smelter) yang kita siapkan. Ini prioritas, karena kalau downstream-nya nggak ada, ngapain punya cadangan banyak tapi nggak diapa-apakan?" tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini