KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Domino’s Pizza mencatat kinerja yang lebih baik dari perkiraan pada kuartal ketiga. Kinerja ini didorong oleh berbagai promosi dan peluncuran menu baru yang berhasil menarik perhatian konsumen di tengah ketidakpastian ekonomi dan tekanan inflasi.

Domino's mencatat, penjualan di gerai yang sama di AS tumbuh sebesar 5,2% selama kuartal tersebut. Angka ini melampaui ekspektasi analis yang memperkirakan kenaikan hanya sebesar 4%, menurut data LSEG.

Di tengah kondisi ekonomi yang membuat konsumen semakin selektif dalam membelanjakan uang mereka, Domino’s meluncurkan kembali promo “Best Deal Ever” pada 25 Agustus. Promosi ini menawarkan pizza dengan topping apa saja seharga US$ 9,99. Selain itu, perusahaan ini juga memperkenalkan menu baru seperti pizza dengan pinggiran keju parmesan yang diisi (parmesan-stuffed crust), sebagai bagian dari upaya menarik pelanggan yang mengutamakan nilai ekonomis.

Frekuensi Transaksi BCA UMKM Fest 2025 Melejit, Buktikan Optimisme di Indonesia

Baca Juga: Promo Domino's Pizza Siapa Yang Cinta, Paket Volcano Cheese + Medium Pie Diskon 45%

Langkah ini mencerminkan tren yang juga terlihat di industri makanan cepat saji lainnya. Tak hanya Domino's, perusahaan seperti PepsiCo mulai menawarkan kemasan kecil dengan harga lebih terjangkau. Strategi ini ternyata cukup berhasil bagi konsumen dari rumah tangga berpenghasilan rendah.

Domino’s juga mendapat keuntungan dari kerja sama pengantaran dengan DoorDash, yang membantu meningkatkan volume pesanan. Perusahaan terus memperluas program loyalitasnya dengan berbagai promo menarik, di tengah persaingan ketat dengan jaringan seperti McDonald’s dan Burger King yang juga menawarkan diskon besar-besaran untuk menarik pelanggan.

"Di saat banyak restoran cepat saji kesulitan meningkatkan penjualan, Domino’s tampaknya telah menemukan formula yang tepat untuk sukses,” ujar analis EMarketer, Zak Stambor dikutip Reuters.

Laba per saham Domino’s untuk kuartal yang berakhir pada 7 September tercatat sebesar US$ 4,08, mengungguli estimasi analis sebesar US$ 3,97. Namun, di pasar internasional, pertumbuhan penjualan di gerai yang sama hanya naik 1,7%, sedikit di bawah perkiraan sebesar 1,9%. Adapun permintaan yang tidak stabil di pasar seperti Jepang dan Australia.

Meski berhasil mencatat pertumbuhan secara keseluruhan, margin laba kotor di gerai milik perusahaan di AS turun 0,5 poin persentase dibanding tahun sebelumnya. Penurunan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya harga beberapa bahan baku utama seperti keju dan daging babi.

Selanjutnya: Empat Perusahaan Belum Penuhi Ekuitas Minimum, OJK akan Lakukan Penegakan Kepatuhan

Menarik Dibaca: 7 Ciri-Ciri Kecanduan Seks, Salah Satunya Suka Selingkuh!