Properti Indonesia Bakal Suram?



JAKARTA. Dalam waktu dua tahun ke depan, pertumbuhan sektor properti di Jakarta akan mengalami kelesuan. Arief Rahardjo Associate Partner Strategic Consulting PT Property Advisory Indonesia (Provis) mengatakan bahwa permintaan properti yang akan mengalami penurunan drastis adalah sektor properti kondominium.Dia mengatakan bahwa di tahun depanĀ  masyarakat akan banyak menunda membeli properti kondominium terutama rumah susun bersubsidi (rusunami). "Kebanyakan yang membeli adalah rusunami adalah para kalangan yang menginvestasikan uangnya dengan membeli rusunami. Ketika krisis mulai menyerang, mereka menunda membeli rusunami," ujar Arief. Analisa Provis, masyarakat yang kebanyakan membeli rusunami karena investasi ini mulai mengalihkan duitnya ke instrumen lainnya sepertike bank. Hal ini tentu saja akan membuat permintaan sektor properti kondominium lesu.Bukan apa-apa, dari total 67.678 unit kondominium yang ada sekarang ini 56%nya adalah rusunami. "Hal ini sudah terlihat pada akhir kuartal tiga tahun ini, banyak yang menunda. Tapi bukannya membatalkan membeli," ujar Arief. Kuartal tiga tahun ini, permintaan properti kondomimium memang sudah mengalami penurunan dibandingkan kuartal sebelumnya. Penjualan kondominium tercatat 94,16%, turun sekitar 0,45% dari kuartal sebelumnya. Jumlah unit terbangun yang belum terjual menjadi sekitar 3.982 unit.Yang paling ditakutkan dari sektor kondominium terutama rusunami adalah pengembang mengentikan proyeknya yang sedang berjalan. Dimana para pengembang rusunami mengalami kesulitan karena permodalan. "Memutuskan untuk tidak melanjutkan proyek, karena biaya bahan baku terus naik dan mereka tidak bisa menaikkan harga karena sudah ditentukan oleh pemerintah. Ini berbahaya," ujar Nonny Subeno Partner Residential Departement Provis.Provis juga memperkirakan hal yang sama akan menyerang sektor properti perkantoran. Sektor ini bakal akan melambat sepanjang tahun 2009, seiring dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional selama dua tahun mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie