JAKARTA. Perlambatan pertumbuhan sektor properti rupanya berpengaruh bagi permintaan keramik di Indonesia. Asosiasi Keramik Indonesia (AKI) memproyeksikan, pertumbuhan permintaan keramik tahun ini hanya sekitar 5% atau lebih lambat dari proyeksi semula yakni 10%. Itu artinya, angka pertumbuhan industri keramik tahun ini di bawah rata-rata pertumbuhan permintaan keramik tiga tahun terakhir, yang berkisar 10%-15%. "Awal tahun kami sempat mematok pertumbuhan volume penjualan naik 10%, namun kami revisi menjadi 5% saja," ujar Elisa Sinaga, Ketua AKI kepada KONTAN, Kamis (23/10). Elisa menjelaskan, ada tiga hal yang membuat pertumbuhan properti melambat. Pertama, adanya aturan uang muka minimal pembelian properti oleh Bank Indonesia (BI). Kedua, kondisi politik karena Pemilihan umum membuat pengembang menahan diri berekspansi. Ketiga, depresiasi rupiah yang membuat konsumen wait and see.
Properti lesu jadi penyebab retaknya pasar keramik
JAKARTA. Perlambatan pertumbuhan sektor properti rupanya berpengaruh bagi permintaan keramik di Indonesia. Asosiasi Keramik Indonesia (AKI) memproyeksikan, pertumbuhan permintaan keramik tahun ini hanya sekitar 5% atau lebih lambat dari proyeksi semula yakni 10%. Itu artinya, angka pertumbuhan industri keramik tahun ini di bawah rata-rata pertumbuhan permintaan keramik tiga tahun terakhir, yang berkisar 10%-15%. "Awal tahun kami sempat mematok pertumbuhan volume penjualan naik 10%, namun kami revisi menjadi 5% saja," ujar Elisa Sinaga, Ketua AKI kepada KONTAN, Kamis (23/10). Elisa menjelaskan, ada tiga hal yang membuat pertumbuhan properti melambat. Pertama, adanya aturan uang muka minimal pembelian properti oleh Bank Indonesia (BI). Kedua, kondisi politik karena Pemilihan umum membuat pengembang menahan diri berekspansi. Ketiga, depresiasi rupiah yang membuat konsumen wait and see.