Properti sumringah, pasar semen bergairah



JAKARTA. Rata-rata penjualan semen nasional di semester I-2013 meningkat. Menilik data Asosiasi Semen Indonesia, penjualan semen nasional di semester I 2013 naik 7,5% dibandingkan periode sama 2012 menjadi 27,8 juta ton. Tapi, tak semua penjualn emiten semen meningkat.

PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) menikmati kenaikan penjualan terbesar. Dalam enam bulan pertama, SMGR berhasil menjual sebanyak 12,23 juta ton semen naik 18,5%. Kontribusi terbesar SMGR masih berasal dari Semen Gresik, yakni 6,2 juta ton. Sementara Semen Padang dan Tonasa berkontribusi 3,39 juta ton dan 2,46 juta ton.

Penjualan tersebut membuat SMGR merajai pangsa pasar terbesar mencapai 43,7%.


Saingannya, PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) hanya berhasil menjual 8,65 juta ton atau naik 0,5% dari semester I di 2012 sebanyak 8,60 juta ton. Pangsa pasar INTP turun menjadi 30,9% dari sebelumnya 33,1%. Penjualan di luar Pulau Jawa merosot 6,5% dari 2,4 juta ton menjadi 2,33 juta ton.

SMGR lebih ekspansif karena ada tambahan kontribusi pabrik di Tuban dan Tonasa. "Penopang kenaikan penjualan berasal dari kenaikan permintaan semen dari sektor properti dan ritel," ujar Agung Wiharto, Sekretaris Perusahaan SMGR.

Analis Bahana Securities Salman Fajari Alamsyah menganalisis, pada semester I permintaan dari sektor properti memang cukup kuat. Ekspansi pabrik yang selesai di semester I menguntungkan SMGR. Sementara, penjualan INTP berpotensi meningkat bila ekspansi pabrik selesai di akhir 2013.

Sebagai catatan, saat ini INTP memang tengah menyelesaikan unit penggilingan semen baru di pabrik Citeurep dengan kapasitas 1,9 juta ton per tahun. Proyek ini akan selesai di kuartal IV tahun ini. INTP sedang membangun brownfield P-14 dengan kapasitas produksi 4,4 juta ton per tahun. "Pembangunan pabrik itu akan mendorong penjualan semen INTP di sisa tahun. Bisa lebih besar lagi," jelas Salman.

Nasib apes dialami oleh PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB). Penjualan semen SMCB merosot 1,3% pada semester I menjadi menjual 4 juta ton. Manajemen SMCB belum memberi keterangan resmi mengenai hal ini.

Serupa, PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) hanya berhasil menjual 550.260 ton atau turun 12,8%. Turunnya penjualan SMBR ini karena beberapa masalah teknis terkait maintenance. Namun Salman meyakini, kinerja SMBR bisa naik lagi di semester dua tahun ini karena ada peningkatan volume dari grinding mill berkapasitas 750.000 ton.

Analis Credit Suisse Ella Nusantoro dalam risetnya mengatakan, pada semester II pertumbuhan penjualan semen masih akan lebih kuat dibandingkan semester I karena cuaca musiman yang biasanya lebih baik.

Menurut Salman, penjualan semen di tahun mendatang akan melambat. Sebab, permintaan dari industri properti berpotensi turun akibat kenaikan suku bunga dan pengetatan likuiditas.

Meski demikian, Salman dan Ella masih yakin, prospek emiten semen masih positif. Karena itu, Salman merekomendasikan buy untuk SMGR dan INTP dengan target Rp 17.600 dan Rp 25.300. Sementara, Ella melihat, SMGR masih outperform dengan target Rp 21.500. Namun, rekomendasi untuk INTP neutral di Rp 20.500 dan underperform untuk SMCB dengan target harga Rp 3.000. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana