Proses Brexit, poundsterling mampu unggul



JAKARTA. Mata uang dollar Amerika Serikat (AS) gagal mempertahankan penguatannya. Pernyataan pejabat The Fed dovish dan sajian data ekonomi yang beragam menjadi sentimen negatif ditengah penguatan indeks dollar. The Greenback akhirnya tersungkur di hadapan poundsterling.

Mengutip Bloomberg, pada penutupan perdagangan Jumat (31/3) pasangan GBP/USD tercatat menguat 0,66% ke level 1,2550 dari sebelumnya.

Menurut Vidi Yuliansyah, analis PT Monex Investindo Futures penguatan pasangan GBP/USD didorong karena perbaikan neraca perdagangan Inggris di kuartal IV 2016. Defisitnya mengalami penurunan dari 25,7 miliar pound menjadi 12,1 miliar.


“Penguatan ini terjadi ditengah posisi Inggris masih dibawah tekanan,” ungkapnya kepada Kontan, akhir pekan ini.

Pound masih mendapatkan sentimen negatif pasca dilakukannya pengajuan artikel 50 pada Rabu (29/3) lalu oleh Perdana Menteri Inggris Theresa May. Penanda dimulainya proses brexit itu memicu ketidakpastiaan akan outlook ekonomi Inggris. Apalagi proses ini akan memakan waktu selama kurang lebih 2 tahun.

Kemudian pelemahan dollar AS sendiri terjadi setelah keluarnya pernyataan bernada dovish dari pejabat The Fed yaitu William C. Dudley dan Neel Kashari. Keduanya sama-sama berpandangan kenaikan suku bunga acuan selanjutnya tidak perlu dilakukan terburu-buru. Padahal ekspektasi pasar cukup tinggi akan rencana tersebut.

Alhasil berkat pernyataan tersebut indeks dollar yang awalnya sempat menguat harus terkoreksi. Melansir dari Bloomberg pada perdagangan Jumat (31/3) indeks dollar ditutup 0,06% ke level 100,350.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia