Proses Pembentukan Urin Dalam Ginjal dan Faktor yang Mempengaruhi Produksi Urin



KONTAN.CO.ID -  Urin merupakan salah satu bentuk dari zat sisa metabolisme tubuh yang dibuang melalui ginjal.

Zat yang sudah tidak dibutuhkan tubuh tersebut kemudian masuk ke dalam organ ginjal yang nantinya dibuang dalam bentuk urine. 

Bersumber dari Modul Biologi Kelas 11 Kemendikbud Ristek, proses pembentukan urine secara berurutan adalah filtrasi (penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali), dan augmentasi (pengeluaran). 


Ketiga proses tersebut berlangsung di dalam bagian-bagian ginjal kita seperti glomeruluskapsula Bowman, hingga tubulus pengumpul. 

Baca Juga: 3 Cara Mudah Menghilangkan Objek Foto Tanpa Aplikasi dan Skill Editing

Darah yang masuk ke dalam ginjal biasanya mengandung Oksigen yang banyak dibandingkan Karbon Dioksida. Selain Oksigen, darah juga mengandung kadar air, mineral, dan limbah nitrogen yang banyak. 

Kandungan-kandungan tersebut yang sudah tidak bisa diserap kembali, nantinya akan dibuang dalam bentuk urin. Berikut ini penjelasan masing-masing proses pembentukan urin yang terjadi di dalam organ ginjal kita. 

Filtrasi atau penyaringan

Proses filtrasi ini terjadi pada bagian glumerulus dan kapsula Bowman. Darah akan masuk dari arteriol aferen ke glomerulus. Pada saat itu tekanan darah akan meningkat. 

Hal ini kemudian membuat air dan molekul lain yang tidak larut dalam darah akan melewati dinding kapiler glimerulus

Selanjutnya air dan molekul tersebut masuk ke dalam lempeng filtrasi kapsula Bowman. Hasil penyaringan atau filtrasi dari glomerulus ini dinamai urin primer. 

Selanjutnya urine akan dipindahkan melalui  tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle, tubulus kontortus distal, menuju tubulus pengumpul. 

Reabsorpsi atau penyerapan kembali

Mengutip dari Sumber Belajar Kemendikbud Ristek, urine primer atau filtrat glomerulus akan masuk ke tahap proses reabsorpsi atau penyerapan kembali. 

Proses ini terjadi di tubulus kontortus proksimal dan lengkung Henle. Sel-sel epitelium yang ada di seluruh tubulus-lah yang melakukan proses reabsorpsi ini. 

Urin primer akan masuk ke tubulus kontortus proksimal sebelum menuju ke lengkung Henle. Selama perjalanan tersebut, zat-zat yang diserap kembali adalah glukosa Na+, air dan Cl-. 

Urin yang sudah di serap kembali beberapa zatnya tersebut menjadi lebih isotonik dari pada darah dan masuk ke lengkung Henle

Baca Juga: Berbagai Manfaat Susu untuk Tumbuh Kembang Anak dan Rekomendasi Takaran Konsumsi Susu

Pada bagian ini, terjadi penyerapan kembali yaitu penyerapan pada zat garam NaCl dan air.

Hasil dari penyerapan kembali ini adalah filtrat tubulus atau urine sekunder. Urin ini mengandung air, garam, urea, pigmen empedu. Pigmen ini memiliki fungsi untuk memberikan warna dan bau pada urine. 

Augmentasi atau pengumpulan

Selanjutnya urin sekunder akan masuk ke tubulus pengumpul atau tubulus kolektivas. Pada bagian ini masih terjadi proses penyerapan kembali air, urea, dan garam NaCl sehingga membentuk urin yang sudah harus dibuang dari tubuh. 

Selanjutnya urin sebenarnya ini dibawa menuju ke kendung kemih atau vesika urinaria melalui pelvis renalis dan ureter. Saat kandung kemih sudah penuh, kita akan merasakan keinginan untuk buang air kecil. 

Rata-rata urin normal per gram/100 ml memiliki komposisi sebagai berikut:

  • Air: 96 g
  • Garam mineral (khususnya NaCL): 1,8 g
  • Urea: 2 g
  • Zat nitrogen lainnya: 0,2 g
Dalam kondisi tidak normal, urin mengandung zat-zat yang seharusnya tidak ada seperti glukosa. Hal inilah yang menjadi tanda seseorang memiliki penyakit kencing manis atau diabetes melitus. 

Faktor yang mempengaruhi produksi urine

Kita tentu pernah buang air kecil lebih banyak atau lebih sedikit di bandingkan biasanya. Perbedaan jumlah urin yang dikeluarkan setiap harinya tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya:

1. Jumlah konsumsi air

Banyaknya air yang dikonsumsi menyebabkan konsentrasi protein dalam darah menurun. Hal ini menyebabkan tekanan keloid mengecil dan mengurangi penyerapan. 

Jika hal tersebut terjadi, maka kita akan sering buang air kecil dibandingkan biasanya. 

Baca Juga: Bank BCA Buka Lowongan Kerja 2023 Buat Fresh Graduate, Cek Posisi yang Dibuka

2. Suhu

Suhu juga mempengaruhi jumlah produksi urine kita. Jika suhu meningkat, maka akan merangsang pelebaran pembuluh kutaneus dan membuat pengeluaran cairan beralih ke kulit melalui keringat. 

Sedangkan saat suhu dingin, Hormon Antidiuretik atau ADH akan disekresikan sehingga penyerapan air meningkat. Hal ini menyebabkan kita menjadi lebih sering buang air kencing saat suhu dingin. 

3. Hormon ADH

Hormon ini terdapat di dinding tubulus. Jika ADH meningkat maka jumlah urin akan menurun. Sebaliknya saat ADH berkurang maka produksi urin akan meningkat. 

4. Gula dan garam

Kadar gula dan garam yang berlebih perlu dikeluarkan tubuh melalui urin. Saat pengeluaran zat ini meningkat, maka produksi urin juga meningkat. 

Demikian proses pembentukan urine di dalam ginjal. Melihat prosesnya yang cukup panjang, kita perlu menjaga kesehatan ginjal agar proses pembuangan zat sisa selalu lancar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News