KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengoperasian smelter tembaga PT Freeport Indonesia di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik berpotensi membawa katalis positif bagi PT AKR Corporindo Tbk (
AKRA). Emiten yang bergerak di bisnis perdagangan & distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan bahan kimia dasar ini sedang menggenjot kontribusi dari bisnis kawasan industri. Direktur & Corporate Secretary AKR Corporindo Suresh Vembu mengungkapkan, smelter Freeport Indonesia merupakan salah satu penyewa utama (
anchor tenant) dari KEK Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) milik AKRA. Kehadiran smelter Freeport diharapkan akan menjadi daya tarik bagi investor terhadap lahan di JIIPE. Terutama bagi investor yang bergerak di ekosistem logam seperti baterai, kendaraan listrik dan energi terbarukan. Selain itu, produk lain yang dihasilkan dari smelter seperti selenium juga berpeluang mendorong perkembangan industri semi konduktor.
Hal tersebut sesuai dengan strategi AKRA yang mendesain JIIPE sebagai kawasan untuk industri berat. "Industri membutuhkan utilitas yang sangat besar, seperti listrik, air dan gas. Sebagai operator dari kawasan industri, JIIPE akan menyediakan fasilitas guna mendukung operasional tenant, sehingga akan menghasilkan
revenue stream yang stabil untuk AKRA," ungkap Suresh kepada Kontan.co.id, Jumat (27/9).
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Migas Pasca Proyeksi Permintaan Minyak Global Dipangkas Sebagai informasi, smelter Freeport Indonesia telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada Senin (23/9). Smelter single line design pengolahan katoda tembaga terbesar di dunia dengan nilai investasi hingga Rp 56 triliun ini diproyeksikan akan beroperasi penuh pada Desember 2024. Adapun, kontribusi dari bisnis kawasan industri mencapai 22% dari laba kotor konsolidasi AKRA pada semester I-2024. Membukukan penjualan lahan sebanyak 18 hektare (ha) pada paruh pertama, AKRA masih optimistis mengejar target hingga 100 ha - 115 ha pada tahun ini. Berkaca dari tahun sebelumnya, Suresh mengatakan rata-rata penjualan lahan yang cukup signifikan terjadi pada kuartal keempat atau mendekati akhir tahun. Suresh bilang, saat ini masih banyak calon-calon tenant yang berproses di JIIPE untuk observasi dan finalisasi sebelum penjualan tanah. "Calon-calon tenant yang sedang berproses tersebut rata-rata beroperasi di industri yang capital intensif, baik dari luar negeri maupun dalam negeri. Kami masih percaya, penjualan tanah akan mencapai target pada akhir tahun," ungkap Suresh.
Baca Juga: Ini Rencana AKR Corporindo (AKRA) di Semester II, Fokus ke Indonesia Timur Tak hanya dari penjualan lahan kawasan industri, AKRA optimistis performa segmen bisnis utama yakni perdagangan dan distribusi akan lebih baik pada semester II-2024. Hal ini sejalan dengan peningkatan aktivitas dari industri dan pertambangan. Hanya saja, Suresh mengungkapkan bahwa AKRA mewaspadai potensi curah hujan yang lebih tinggi akibat adanya La Nina serta perlambatan di sektor manufaktur. "Meski demikian, diversifikasi bisnis seperti kawasan industri dan infrastruktur logistik
end-to-end kami dapat menopang pertumbuhan performa Perusahaan secara konsolidasi," kata Suresh. Ekspansi lain yang terus dilakukan oleh AKRA adalah bisnis ritel BBM melalui joint venture pada Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU) BP-AKR. Dengan penambahan 11 SPBU baru pada tahun berjalan ini, kini sudah ada 57 SPBU BP-AKR yang beroperasi di kota besar seperti Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bogor, Surabaya dan Malang. Ekspansi akan terus berlanjut untuk mengejar target operasional 70 - 75 SPBU pada akhir tahun 2024. "Saat ini beberapa pipeline sudah dalam progress yang positif dan diperkirakan pada waktu dekat dapat melayani pelanggan dengan maksimal," imbuh Suresh.
Baca Juga: Kejar Pertumbuhan Laba Hingga 8%, Ini Strategi AKR Corporindo (AKRA) di Semester II Pemegang saham pengendali AKRA pun tampak optimistis dengan prospek dan strategi bisnis perusahaan ini. Terlihat dari salah satu pengendali AKRA, PT Arthakencana Rayatama yang rajin mengakumulasi saham untuk menambah kepemilikannya. Terbaru, pada 24 dan 25 September 2024, Arthakencana memborong sebanyak 71,5 juta lembar saham AKRA. Aksi ini membuat kepemilikan Arthakencana bertambah dari semula 12,66 miliar (63,08%) saham menjadi 12,73 miliar (63,44%) saham AKRA. Suresh menegaskan, tidak ada rencana aksi korporasi yang berkaitan dengan akumulasi pengendali. Pembelian tersebut ditujukan sebagai investasi. "Selaku perwakilan dari Manajemen, kami masih melihat outlook AKRA yang cukup menjanjikan," tandas Suresh.
Baca Juga: AKR Corporindo (AKRA) Bertumpu pada Lahan Industri, Begini Rekomendasi Sahamnya Rekomendasi Saham
Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo melihat pengoperasian smelter Freeport Indonesia di KEK JIIPE Gresik dan aksi akumulasi yang rajin dilakukan oleh pengendali, bisa menjadi tambahan daya tarik bagi saham AKRA. Secara bisnis, AKRA masih berpeluang untuk meningkatkan performa keuangan.
Sedangkan dari sisi pergerakan saham, William menilai secara teknikal AKRA layak koleksi dengan mencermati
support di level Rp 1.455 dan
resistance di Rp 1.685. Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menyematkan rekomendasi
trading buy AKRA untuk target harga Rp 1.560 - Rp 1.580. Sementara itu, dalam riset RHB Sekuritas 2 September lalu, AKRA menjadi salah satu pilihan di antara saham yang bergerak di industri minyak dan gas (migas). RHB Sekuritas menyematkan rating
buy AKRA untuk target harga Rp 1.950. Adapun, AKRA menutup perdagangan pekan ini dengan penguatan 1,64% ke level harga Rp 1.550 per saham pada Jumat (27/9). Secara
year to date, harga saham AKRA mengakumulasi kenaikan 5,08%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati