Prospek aset berisiko menarik, Star Asset Management agresif kelola reksadana saham



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) semakin mendekati level 6.000 menjelang tutup tahun ini. Kondisi tersebut bisa turut menopang industri reksadana khususnya reksadana saham di tahun depan.

Presiden Direktur STAR Investment Reita Farianti mengungkapkan, ada tiga hal yang akan mendasari sentimen pasar di proyeksi 2021. Tiga hal ini adalah penanganan dan pengembangan vaksin covid-19, implementasi omnibus law, dan pemulihan ekonomi yang salah satunya akan ditopang dari belanja konsumen. 

"Industri reksadana dari sisi dana kelolaan dan performa berpeluang membaik di 2021 khususnya pada reksadana saham, didorong oleh tingginya likuiditas dan pemulihan ekonomi paska covid-19," kata Reita kepada Kontan.co.id, Kamis (3/12).


Dia menjelaskan, pemulihan ekonomi di depan bakal berlangsung bertahap, sehingga investor pun akan secara berkala pula masuk ke aset-aset berisiko termasuk saham. Ditambah lagi, dengan potensi hasil pemilu Amerika Serikat (AS) akan membuat wilayah emerging markets atau negara berkembang mempunyai potensi return yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya lewat inflow.

Baca Juga: Hasil investasi dana pensiun diproyeksi membaik di tahun depan

Selain itu, kehadiran Covid-19 juga turut mendorong kenaikan secara persentase jumlah investor ritel untuk masuk ke pasar saham. "Prospek untuk ke depannya akan semakin cerah dengan adanya potensi keuntungan yang lebih tinggi dan juga iklim investasi yang lebih sehat," tambah Reita. 

Saat ini STAR Asset Management mengelola sekitar Rp 240 miliar dana kelolaan reksadana saham. Dalam menyusun portofolionya, manajer investasi tersebut menggunakan strategi agresif dengan risiko, termasuk untuk menghadapi tantangan di 2021 mendatang.

Selain itu, strategi agresif juga untuk lebih meningkatkan porsi alokasi di risk-on asset terutama dimulai dengan saham. "Kunci utama investasi adalah diversifikasi. Kami akan apply both cyclical dan defensive sector untuk manajemen portfolio kami," ungkap Reita. 

Baca Juga: Instrumen apa yang bisa beri capital gain terbesar di tahun depan? Ini kata analis

Dengan melihat kondisi prospek ekonomi yang membaik dan minat risiko investor untuk lebih masuk ke risk-on asset seperti saham, sektor musiman akan mempunyai bobot yang lebih tinggi dibanding sektor defensif. Reita menjelaskan, sektor defensif disini akan menjaga risiko dari portofolio yang dikelola. 

Di sisi lain, penurunan suku bunga acuan akan berdampak terhadap pemilihan sektor-sektor yang akan diinvestasikan. Interest rate sensitivity ini akan berdampak khususnya untuk sektor perbankan, properti dan ditambah sektor otomotif dan infrastruktur. Sementara untuk sektor defensifnya ada sektor telekomunikasi dan barang konsumsi. 

Baca Juga: Investor lirik emerging market, IHSG diproyeksi sentuh 7.000 pada tahun depan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati