Prospek batubara semakin merana



JAKARTA. Harga batubara belum mampu bangkit. Meski sudah beberapa kali mencetak rekor terendah sejak tahun 2009, harga batubara masih berpotensi menyentuh level bawah (bottom). Mengacu Bloomberg, Jumat (26/9), harga batubara berada di posisi US$ 65,4 per metrik ton. Dalam sepekan terakhir, harga itu sudah tertekan 1%.

Sepanjang tahun ini, harga komoditas energi ini sempat rebound dari level terendah. Namun hal itu tak bertahan lama dan pamor batubara kembali meredup.

Gunawan Sutanto, Head of Research Philip Securities Indonesia, mengatakan, harga batubara belum menunjukkan perubahan berarti. Kekhawatiran lesunya permintaan masih menghantui harga batubara. Menurut dia, seandainya naik, kebangkitan harga batubara hanya bersifat technical rebound.


Secara fundamental, tren harga batubara belum berubah. “Permintaan global belum pulih. Hingga kini, belum ada tanda-tanda rebound yang solid untuk batubara,” ujar Gunawan.

Permintaan batubara melambat di Tiongkok dan Eropa

Seperti diketahui, perekonomian China saat ini melambat. Di sisi lain, kecemasan lesunya permintaan juga muncul pasca Pemerintah Tiongkok mengeluarkan wacana pengurangan penggunaan batubara berkalori rendah. Sebab, daya bakar batubara berkalori rendah sangat kecil. Hal ini menimbulkan masalah lingkungan.

Di Eropa, ekonomi yang masih rapuh menggerus permintaan batubara. Gunawan menilai, nasib ekspor batubara dari Australia maupun Indonesia kian tak jelas. Padahal, Australia selaku produsen utama batubara menjadikan pertambangan sebagai tumpuan ekonominya. Dia menduga harga batubara di level rendah masih berlangsung hingga kuartal pertama tahun depan.

Muhammad Al Fatih, analis Samuel Sekuritas Indonesia, menambahkan, muramnya harga batubara adalah imbas penguatan dollar AS. Pelaku pasar memanfaatkan momentum ini untuk keluar dari komoditas dan beralih ke indeks dollar. Meski sudah turun tajam, Al Fatih menilai harga batubara masih berpeluang menginjak batas bawah di US$ 60,2 per metrik ton hingga akhir tahun ini. Ini merupakan level terendah sejak Maret 2009.

“Kalaupun batubara rebound, belum akan mengubah tren. Batubara masih tetap bearisah,” kata dia. Harga batubara terus turun dalam tiga tahun terakhir. Untuk menuju up trend, maka batubara perlu konsolidasi dulu dalam waktu lama. Selanjutnya baru beranjak naik.

Secara teknikal, sejumlah indikator menunjukkan penurunan. Harga berada di bawah MA 50, 100 dan 200. MACD masih membentuk dead cross. Ini menunjukkan baik short term maupun medium term, batubara masih tertekan.

Gunawan memprediksi, harga batubara sepekan ke depan US$ 64,30-US$ 66,30 per metrik ton. Adapun target akhir tahun di US$ 63 per metrik ton. Sedangkan Al Fatih menduga batubara di level US$ 63,5-US$ 66,7 per metrik ton. Target akhir tahun di US$ 60,2 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie