KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek bisnis asuransi kecelakaan dan perjalanan di 2019 masih cerah. Hal ini terlihat dari target pemerintah bahwa jumlah wisatawan nusantara tahun ini dapat mencapai 275 juta. Togar Pasaribu, Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia ( AAJI) mengatakan, potensi dan prospek bisnis asuransi kecelakaan dan perjalanan masih sangat baik. “Hal ini berasal dari semakin banyaknya masyarakat Indonesia yang menggunakan kendaraan,” kata Togar kepada kontan.co.id, Rabu (13/2). Apalagi menurut Dody, selama 2019, Kementerian Pariwisata bersama konsorsium gencar melakukan sosialisasi terkait asuransi perjalanan ke beberapa kota di Indonesia.
Untuk meningkatkan jumlah premi di bisnis ini, pelaku asuransi jiwa harus bisa menciptakan produk yang baik dan terjangkau baik dari sisi harga , cara pembelian, pembayaran maupun pada saat klaim. Selain itu, edukasi pasar juga harus dilakukan agar asuransi perjalanan tidak hanya mengkover kesehatan dan kecelakaan tapi juga segara sesuatu yang tidak menyenangkan selama melakukan perjalanan wisata. Dody Achmad Sudiyar Dalimuthe Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mencatat, dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan asuransi banyak yang membuat asuransi perjalanan atau
travel insurance. “Diharapkan peningkatan wisatawan akan meningkatkan pertumbuhan premi asuransi perjalanan,” kata Dody kepada kontan.co.id, Rabu (13/2). Asosiasi asuransi umum tidak menargetkan pertumbuhan premi per produk namun, diproyeksi premi industri asuransi umum pada 2019 bisa naik 10%. Senada, asosiasi asuransi jiwa juga memproyeksi kenaikan premi 15%-25%. Hal ini menurut Togar karena berdasarakan dua tahun terakhir, premi industri asuransi jiwa mengalami kenaikan dua digit yaitu 10,2% yoy. Beberapa industri asuransi sudah menyiapkan strategi untuk mengkap peluang bisnis asuransi kecelakaan dan perjalanan. Julian Noor,
Chief Executive Officer (CEO) Adira Insurance mengatakan hal pertama yang dilakukan adalah melakukan edukasi ke masyarakat terkait pentingnya asuransi perjalanan. “Karena saat ini kebiasaan masyarakat Indonesia berubah ke arah leisure, namun tetap harus diberikan perlindungan saat mereka sedang berwisata,” kata Julian kepada kontan.co.id, Rabu (13/2). Adira Insurance juga berusaha melakukan simplifikasi proses bisnis dan meningkatkan performa layanan digital khusus untuk asuransi perjalanan. Tidak hanya itu, Adira juga akan melakukan penetrasi pasar ke market yang lebih luas dengan bekerjasama dengan berbagai partner konvensional seperti travel agent, serta secara digital dengan marketplace dan aggregator. Adira Insurance mencatat realisasi premi bisnis
personal accident dan
travel insurance sampai November 2018 sebesar Rp 190 miliar naik 13% secara tahunan atau
year on year (yoy).
Pada tahun ini, Adira memproyeksi ada kenaikan premi untuk jenis asuransi ini. Hal ini seiring dengan semakin berubahnya gaya hidup masyarakat dan dukungan dari Kementrian Pariwisata terkait meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan nusantara. Senada, Christian Wanandi Direktur Utama Aswata mengatakan prospek bisnis premi asuransi kecelakaan dan perjalanan masih cerah di 2019. “Namun kami masih kecil portofolionya untuk bisnis ini,” kata Christian. Sendy Filemon Presiden Direktur Futuready mengatakan potensi bisnis premi asuransi kecelakaan dan perjalanan masih baik. “Kami berusaha menyediakan pilihan inbound insurance bagi turis yang datang baik melalui futureay maupun laman web rekanan,” kata Sendy. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli