Prospek bisnis pergudangan tahun ini menjanjikan



JAKARTA. Sejumlah analis melihat prospek bisnis pergudangan tahun ini cukup bagus. Pasalnya permintaan gudang akan terus meningkat di tengah pertumbuhan ekonomi yang stabil. Kondisi ini akan mendorong pendapatan berulang bagi emiten yang bergerak di sektor ini. Beberapa emiten properti bahkan gencar ekspansi di sektor pergudangan. Seperti halnya PT Surya semesta Internusa Tbk (SSIA) dan PT Bekasi Fajar Real Estate Tbk (BEST). Masing-masing membentuk perusahaan pergudangan dengan mengandeng investor asing. SSIA membentuk PT SLP Surya Ticon Internusa (SLP) yang akan mengembangkan pergudangan dan pabrik siap pakai di lahan seluas 22 hektare (ha) di Suryacipta Teknopark Karawang. Di lahan itu, SLP berencana membangun 146.000 m2 bangunan untuk disewakan yang terdiri dari gudang, pabrik siap pakai dan bangunan komersial. BEST membentuk Daiwa House Industry Co Ltd yang mengembangkan gudang di lahan seluas 25 hektare (ha) di kawasan indutri MM2100 milik BEST dengan total investasi US$ 150 juta. Fase pertama akan dikembangkan tahun ini yang mencakup area seluas 9,5 hektar (ha). Ini nantinya bisa menampung 10-15 penyewa dengan total investasi Rp 300 miliar di luar harga tanah. Selain itu, ada pula PT Intiland Development Tbk (DILD) yang akan mengembangkan Warehouse Technopark Aeropolis di dekat bandara Soekarno-Hatta tersebut sebanyak 440 unit. Tahap pertama akan dibangun tahun ini sebanyak 27 unit gudang di lahan seluas 8 ha dan ditargetkan rampung tahun 2017. Semua gudang akan dijual dan sampai saat ini penjualannya sudah mencapai 40%. PT Sinarmas Land juga telah lebih dulu mengembangan 326 unit gudang di lahan seluas 8,6 ha di Kawasan Wisata Commpark Cibubur. Peluncuran tahap I kawasan pergudangan tersebut telah dilakukan tahun lalu dan peluncuran tahap II baru digelar bulan lalu. Sedangkan PT Paramount Enterprise International melansir pergudangan Bezpark Commercial Center seluas 10 ha di Tangerang pada 15 Oktober 2014. Disana akan dikembangakan 220 unit gudang. Thendra Crisnanda, Analis BNI Securitas menilai prospek bisnis pergudangan akan semakin menarik ke depan terutama bagi emiten yang bergerak dalam pengembangan lahan industri. Pasalnya, saat ini pengusaha atau indutri pengguna gudang lebih memilih menyewa gudang daripada membangun gudang sendiri. “ karena investasi untuk pergudangan membutuhkan biaya besar,” kata Thendra. Thendra bilang, pengusaha saat ini ingin melakukan efisiensi guna melakukan ekspansi sehingga akan memilih menggunakan biaya yang seharusnya membangun gudang untuk meningkatkan ekspansi. Thendra mencontohkan, jika sewa gudang sekitar Rp 800 juta maka rdengan rata-rata yield sewa gudang 8%-10% saat ini pengusaha hanya akan menyewa sekitar Rp 80 juta setahun dan Rp 720 juta itu bisa digunakan untuk ekspasi. Namun, Thendra melihat pergudangan yang berprospek cerah hanya di kawasan industri yang terintegrasi atau dekat dengan pelabuhan atau bandara udara. Sementara di luar itu, kurang menarik perhatian pengusaha karena biaya yang dikeluarkan akan besar untuk logistic. Selain itu, lanjut Thendra, bisnis pergudangan yang hanya jika menawarkan sistim sewa karena di satu sisi akan mendorong pendapatan berulang atau recurring income bagi perseroan dan di sisi lain akan jumlah lahan perseroan tidak berkurang. Setali tiga uang, Kiswoyo, Managing Direktur Investa Saran Mandiri juga menilai banwa prospek pergudangan cukup bagus karena cocok dengan kawasan indutri. Dia bilang, dengan adanya gudang tersebut maka akan mampu menyokong bisnis di kawasan indutri. Kendati demikian, bisnis pergudangan bukan tanpa tantangan. Menurut Kiswoyo, prospek pergudangan akan sangat tergantung pada pertumbuhan ekonomi. Jika ekonomi tumbuh baik maka akan menguntungkan bagi sektor ini. Namun sebaliknya, jika ekonomi melambat maka aktivitas usaha pengusaha tidak akan ekspansi dan permintaan gudang akan turun. Selain perlambatan ekonomi, menurut Thendra, tantangan sektor pergudangan juga terletak pada tarif sewa gudang. Penetapan tariff harus disesuaikan dengan permintaan yang ada. Jika terlalu tinggi maka tidak akan diminati calon costumer.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Uji Agung Santosa