KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penurunan harga batubara yang terjadi belakangan ini dinilai tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja PT Bukit Asam Tbk (
PTBA). Analis Henan Putihrai Sekuritas Ezaridho Ibnutama, CFTe mengatakan, PTBA dominan menjual produksinya ke dalam negeri sehingga harga jualnya lebih menggunakan Harga Batubara Acuan (HBA). Hal ini membuat harga jual batubara PTBA tak terlalu volatile. "PTBA masih menarik di tengah penurunan harga batubara global karena turunan harga batubara lebih stabil dibandingkan ADRO atau BUMI yang lebih berfokus ke ekspor," kata Ezar saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (23/2).
Selain itu, katalis positif lain bagi PTBA berasal dari pembangunan proyek gasifikasi batubara menjadi dimethyl ether (DME) bersama dengan PT Pertamina (Persero) dan Air Products & Chemical Inc (APCI). Dengan utilisasi 6 juta ton batubara per tahun, proyek ini dapat menghasilkan 1,4 juta DME per tahun untuk mengurangi impor LPG 1 juta ton per tahun.
Baca Juga: Saham Emiten Energi Dibayangi Penurunan Harga Komoditas Sementara itu, dalam riset tanggal 15 Februari 2023, Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan mengatakan, sentimen yang mewarnai saham batubara berasal dari rencana pemerintah untuk membentuk badan yang bertugas memungut iuran dari perusahaan tambang batubara. Pungutan tersebut akan menutup selisih antara harga kebijakan
domestic market obligation (DMO) batubara dengan harga pasar. Harga DMO untuk PLN adalah sebesar US$ 70 per ton, sementara untuk industri strategis seperti semen dan pupuk sebesar US$ 90 per ton. Harapannya, cara ini dapat meningkatkan kepatuhan produsen batubara terhadap kebijakan DMO. Pada mulanya, pemerintah berencana menggunakan konsep Badan Layanan Umum (BLU). Sebesar 15%-20% iuran dialokasikan untuk dana sosial (kesehatan dan pendidikan). Akan tetapi, pada awal tahun ini, pemerintah merevisi rencananya dengan mengubah konsep BLU menjadi Mitra Instansi Pengelola (MIP). Perbedaan antara keduanya adalah bahwa dana MIP akan sepenuhnya dialokasikan untuk keperluan DMO.
Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) Melanjutkan Proses Akuisisi PLTU Pelabuhan Ratu, Cermati Hal Ini Hasan menilai, PTBA akan menjadi emiten pertambangan batubara yang paling diuntungkan dengan adanya skema ini. Pasalnya, produksi batubara PTBA dominan dijual ke pasar domestik dengan harga DMO. Hasan mencatat, pada sembilan bulan pertama 2022, proporsi penjualan batubara PTBA di dalam negeri lebih dari 60% dan hampir seluruhnya masuk ke PLN. "Dengan kemampuan PTBA menjual batubara pada harga spot, saya yakin kinerja keuangan PTBA akan meningkat secara signifikan meskipun perusahaan harus membayar biaya tambahan untuk biaya BLU kepada pemerintah," tutur Hasan. Lini waktu penerapan pungutan ini belum jelas. Akan tetapi, Hasan memperkirakan, implementasinya akan terjadi pada akhir semester 1 2023 atau awal paruh kedua 2023. Kemudian, dari segi harga globalnya,
team coverage MNC Sekuritas memperkirakan, harga batubara pada tahun ini akan lebih rendah dari 2022. "Hal ini seiring dengan adanya potensi perlambatan ekonomi global dan peningkatan produksi batubara di beberapa negara sehingga melemahkan harga batubara di Asia," ucapnya dalam riset tanggal 27 Desember 2022. Bank Dunia Fitch Rating memprediksi, harga batubara termal Newcastle berada di kisaran US$ 220-US$ 240 per ton pada 2023, dibanding harga rata-rata sebelas bulan pertama 2022 yang sebesar US$ 342 per ton. Sebagaimana diketahui, pada tahun lalu, harga batubara sempat melesat ke atas US$ 400 per ton.
Baca Juga: IDX Value30 Jadi Indeks Paling Jeblok, Terseret Penurunan Saham Komoditas Harga batubara global masih akan tertopang oleh permintaan batubara terutama dari China, India, dan Eropa. Meski pertumbuhan ekonomi China diprediksi lebih rendah dari beberapa tahun terakhir, konsumsi batubara China diperkirakan akan meningkat sebesar 1% di 2023. Selain itu, permintaan dari India diperkirakan akan naik 3%, didorong oleh permintaan listrik yang lebih tinggi dan pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, permintaan Eropa cenderung tidak pasti, mengingat situasi yang bergejolak dengan aliran gas Rusia. Pada akhirnya, pergerakan harga batubara global akan memengaruhi pembentukan HBA di Indonesia. Implementasi BLU yang belakangan ini rencananya berubah menjadi MIP diyakini akan memberikan efek positif bagi PTBA. Team coverage MNC Sekuritas dan Hasan merekomendasikan
buy PTBA dengan target harga yang sama, yakni Rp 4.600 per saham. Per Kamis (23/2), PTBA ditutup naik 0,56% ke level Rp 3.560 per saham.
Baca Juga: Saham Emiten Batubara Mulai Melandai, Simak Prospek dan Rekomendasinya Sementara itu, secara teknikal, Ezaridho melihat, PTBA baru-baru ini mengalami
uptrend setelah
rebound dari
support Rp 3.260. Akan tetapi, dengan pembentukan
upper shadow panjang dan volume yang merendah,
price action saat ini gagal
breakout resistance Rp 3.570. Alhasil, ia memperkirakan, PTBA berpotensi koreksi dalam waktu dekat. Penurunan ini dapat menjadi momentum
buy on weakness dengan
entry level di
minor support pada area Rp 3.510-Rp 3.530. Ezar menetapkan target harga PTBA di
resistance Rp 3.670. Jika tembus, maka bisa lanjut naik ke Rp 3.730 dengan
stop loss di
support Rp 3.370. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati