Prospek BUMN konstruksi pelat merah semakin kokoh



JAKARTA. Prospek emiten konstruksi, terutama emiten pelat merah, semakin cerah. Sedikitnya ada dua faktor yang bakal mengerek kinerja emiten konstruksi. Selain potensi guyuran belanja infrastruktur pada tahun depan, rencana pemerintah membebaskan setoran dividen BUMN konstruksi turut mengerek prospek saham mereka.

Mulai tahun depan, pemerintah berniat menghapus setoran dividen BUMN sektor konstruksi, terutama yang mengerjakan proyek jalan tol. Kebijakan ini demi mengejar target pembangunan jalan tol sepanjang 1.562 km dalam tempo lima tahun.

Rencana ini mendapat respons positif manajemen emiten BUMN konstruksi. Direktur Keuangan PT Waskita Karya Tbk (WSKT) Tunggul Rajagukguk menyatakan, rata-rata emiten BUMN konstruksi wajib menyetor dividen sebesar 30% dari total laba bersih. Jika dividen dihapus, menurut dia, WSKT berpotensi mendapat tambahan modal Rp 150 miliar. Tahun ini, WSKT menargetkan laba bersih Rp 450 miliar.


Dengan tambahan Rp 150 miliar, WSKT lebih leluasa berekspansi. Maklumlah, dana belanja modal (capex) emiten konstruksi terbilang besar. "Untuk membangun jalan tol saja, kami butuh investasi sekitar Rp 60 miliar per kilometer," ujar Tunggul, kepada KONTAN, kemarin (2/12).

Adji Firmantoro Jumawa, Direktur Keuangan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), menyampaikan hal senada. Manajemen mengaku, kesulitan menyiapkan capex jika harus mengucurkan dividen ke pemegang saham. "Penghapusan dividenĀ  mendukung rencana ekspansi kami," ujar dia.

Selain menghapus dividen, Adji berharap, pemerintah segera merealisasikan proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Proyek ini menjadi peluang bagi WIKA, mengingat perusahaan ini punya pengalaman bagus dalam membangun pembangkit listrik.

Manajemen WSKT optimistis, percepatan pembangunan infrastruktur berjalan sesuai rencana. "Apalagi aturan baru mendorong pembebasan lahan menjadi lebih cepat," ujar Tunggul.

Analis Mandiri Sekuritas Handoko Wijoyo menilai, penghapusan dividen berefek positif bagi semua kontraktor BUMN. Dengan aturan ini, neraca keuangan emiten BUMN konstruksi bisa semakin membaik.

Joko Sogie, analis Danareksa Sekuritas, menambahkan, penghapusan dividen bisa meningkatkan ekuitas perseroan. Ini mendorong emiten konstruksi mendapatkan proyek lebih banyak. "Untuk membiayai proyek, saat ini BUMN Karya banyak memakai dana eksternal, baik utang bank maupun MTN (surat utang)," ungkap Joko. Dengan penghapusan setoran dividen, dia berharap pendanaan BUMN konstruksi bisa terjaga.

Handoko optimistis, atas berbagai rencana pemerintah di bidang infrastruktur. Dengan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) Rp 2.000 per liter, pemerintah bisa menghemat anggaran Rp 120 triliun. "Anggaran ini akan dialihkan ke infrastruktur," papar dia.

Sedangkan analis BNI Securities, Thendra Chrisnanda melihat, penghapusan dividen tak banyak mempengaruhi ekspansi emiten konstruksi. Ini lantaran dividen terbilang kecil dibanding capex. Namun, penghapusan dividen bisa mendorong return yang lebih besar bagi investor.

Joko memilih WIKA, WSKT, PTPP, ADHI dan JSMR. Adapun Thendra menyukai WIKA, ADHI, PTPP dan WSKT.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro