KONTAN.CO.ID - TANGERANG. Perusahaan pengembang properti PT Bumi Serpong Damai Tbk (
BSDE) tidak membagikan dividen dari laba tahun lalu. Hal tersebut telah diputuskan dan mendapat restu dari para pemegang saham pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) untuk tahun buku 2018. Tahun lalu BSDE meraih pendapatan Rp 6,6 triliun dan laba Rp 1,3 triliun. Hasil kerja selama tahun 2018 itu pun dimasukkan sebagai laba ditahan dan ditetapkan sebagai modal kerja. Direktur BSDE Hermawan Wijaya mengatakan, meski tidak akan ada produk properti baru yang akan diluncurkan pada tahun ini, BSDE masih akan terus melanjutkan beberapa proyek kluster berupa
extension project dan beberapa proyek blok. “Seperti misalnya pengembangan BSD City dan juga dari proyek anak perusahaan PT Duta Pertiwi Tbk (
DUTI) yaitu Southgate TB Simatupang,” jelas Hermawan dalam paparan publik BSDE yang diselenggarakan di Indonesia Convention Exhibiton, BSD City, Kamis (23/5).
Untuk ruas tol Serpong-Balaraja, BSD memiliki konsesi 100% atas PT Trans Bumi Serbaraja yang belum bisa terealisasi. Sebab proyek yang diproyeksikan awalnya akan dimulai konstruksinya pada awal tahun 2019 itu hingga kini belum terealisasi. “Tender pun juga belum kami selenggarakan. Kami masih tunggu apakah bisa tahun ini atau tidak,” kata Hermawan. Padahal ruas tol sepanjang 39,8 kilometer tersebut diproyeksikan bisa beroperasi di tahun 2021 nanti. Untuk menggenjot kinerja di tahun ini, BSDE menganggarkan dana belanja modal atau
capital expenditure (capex) sebesar Rp 3 triliun. BSDE masih akan mengandalkan kas internal. Per 31 Maret 2019 lalu, kas BSDE tercatat Rp 7,58 triliun. Hermawan mengatakan, jumlah kas tersebut masih aman. “Toh kami juga masih punya
recurring income jadi cukup solid,” imbuh dia. Hingga kini, serapan belanja modal tersebut sudah mencapai Rp 500 miliar. “Kami sudah gunakan untuk perkembangan cadangan lahan dan mengoptimalisasi pertumbuhan
recurring income di sektor perkantoran dan pusat belanja,” ungkap Hermawan. Tak ekspansif Hermawan mengakui, tahun ini masih menjadi tahun yang agak flat bagi BSD. Dampak kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) pada tahun lalu hingga tensi tahun politik 2019 yang belum mereda membuat emiten properti Grup Sinar Mas ini cenderung
wait and see dan cenderung tidak seekspansif tahun-tahun sebelumnya. Hal tersebut nampak dari pendapatan yang turun. Tercatat, pendapatan BSDE selama kuartal I tahun 2019 turun tipis sebesar 4,9% menjadi Rp 1,62 triliun. Pada kuartal I tahun 2018 lalu BSDE mengantongi pendapatan Rp 1,70 triliun. BSDE baru mencatatkan pra-penjualan atau
marketing sales Rp 400 miliar, sekitar 25% dari target yang dicanangkan tahun ini. Asal tahu saja, untuk tahun ini BSDE menargetkan
marketing sales sebesar Rp 1,6 triliun. “Kami masih akan terus berusaha sambil berharap kondisi semakin stabil sehingga membuat para konsumer mulai tertarik,” ujar Hermawan.
Beruntung selama kuartal I lalu BSDE masih mengalami cuan. Pertumbuhannya pun cukup signifikan. Laba yang diperoleh perusahaan selama triwulan pertama tahun 2019 mencapai Rp 618,2 miliar. Jumlah tersebut tumbuh sebesar 52,8% dari kuartal I tahun lalu sebesar Rp 407,1 miliar. Laba ini adalah hasil efisiensi BSDE. Total beban penjualan BSD turun dari Rp 219 miliar pada kuartal I tahun lalu menjadi Rp 195 miliar pada kuartal I tahun ini. Itu berarti penurunannya mencapai 12,3%. Sedangkan beban umum perusahaan juga dapat ditekan. Dari yang awalnya Rp 278,6 miliar pada kuartal I tahun lalu menjadi Rp 255,9 miliar pada tahun ini. Hermawan mengatakan, pihaknya masih akan melanjutkan strategi efisiensi. Strategi itu digunakan untuk tetap menjaga pendapatan serta laba perusahaan di tengah kondisi pasar yang flat. “Kami proyeksikan masih kami jaga di angka yang sama dengan tahun lalu (Rp 6,6 triliun). Pun tumbuh, mungkin akan
single digit. Begitu juga dengan laba,” kata Hermawan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati