JAKARTA. Upaya pemerintah menggenjot pembangunan melalui proyek infrastruktur bakal memoles kinerja emiten produsen beton. Tahun lalu saja, misalnya PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) berhasil membukukan laba bersih mencapai Rp 272,426 miliar di kuartal IV 2016, naik 56,67% dari tahun sebelumnya Rp 173,878 miliar.Kenaikan laba anak usaha PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) tersebut ditopang oleh kenaikan pendapatan usaha yang mencapai 31,2% menjadi Rp 3,48 triliun dibanding tahun sebelumnya yang tercatat Rp 2,65 triliun.Puji Haryadi, Sekretaris Perusahaan WTON bilang, tahun ini perusahaan menargetkan kontrak baru senilai Rp 6,5 triliun. Nilai tersebut belum termasuk nilai kontrak yang belum selesai pada tahun sebelumnya. "Total kontrak bru tahun ini Rp 6,5 triliun,
carry over Rp 4 triliun. Sehingga total kontrak dihadapi Rp 10,5 triliun," ujarnya.
Guna menunjang kontrak baru maupun
carry over, tahun ini, WTON mengalokasikan belanja modal mencapai Rp 682 miliar. Puji menjelaskan, capex tersebut bakal digunakan untuk
quarry crushing plant, pengembangan pabrik
ready mix, pengadaan fasilitas pabrik, penyediaan jasa instalasi, dan penyertaan di
joint operation. Menurut Puji, ke depan akan ada beberapa
joint operation (JO) yang bakal dikerjakan WTON. Di antaranya proyek Light Rapid Train (LRT) Kelapa Gading-Rawa Mangun, proyek apartemen Cimanggis, proyek APMS Bandara Soetta, dan proyek tol Sumatra dengan total nilai investasi Rp 230 miliar. Kepala Riset Mega Capital Indonesia Danny Eugene menilai, sebagai induk usaha, WIKA tidak banyak berkontribusi pada pendapatan WTON tahun lalu. Pendapatan WTON per Desember 2016 ditopang oleh dua proyek besar. "Terutama proyek Light Rapid Train (LRT) untuk daerah Kelapa Gading dan Rawa Mangun. Selain itu ada juga proyek MRT," ujarnya, beberapa waktu lalu. Gani, Analis Buana Capital menambahkan, pendapatan WTON berpeluang meningkat pada tahun ini lantaran masih ada beberapa proyek tahun lalu yang belum selesai dikerjakan. Dia memprediksi, laba bersih WTON hingga akhir tahun ini bisa mencapai Rp 405 miliar. Para analis menilai, prospek emiten saham beton bakal positif, sejalan dengan kebijakan pemerintah yang menggenjot pembangunan infrastruktur. Namun, kata Gani, terkadang anggaran infrastruktur dalam klausul kontraknya menyatakan bahwa pembayaran dilakukan setelah proyek selesai dikerjakan. Hal inilah yang bisa memicu terhambatnya proyek. Meski begitu, menurut Gani, WTON belum terlalu memiliki problem bila dibandingkan dengan kompetitornya. Kesempatan untuk mendapatkan pendanaan masih terbuka karena
debt to equity ratio (DER) yang masih dalam kendali. Menurut Danny, penggunaan belanja modal tersebut, memiliki prospek yang bagus. "Saya melihat, WTON sudah mulai diversifikasi ke beton precast untuk pembangunan gedung bertingkat, karena dia baru
joint venture dengan WIKA pracetak gedung," ujarnya.
Dia menambahkan, ke depan, WTON akan masuk ke tiga segmen. Selain masuk ke beton precast, WTON juga memiliki potensi untuk mengembangkan pabrik ready mix. "Ini memang sudah bisnis lama, tetapi WTON baru mulai masuk," kata dia. Keunggulan lain dari WTON yang bakal menunjang bisnisnya ke depan, kata Danny adalah dari sisi servis. Dengan kata lain, WTON pun memiliki kemampuan untuk tidak hanya melakukan produksi dan jual lepas, tetapi juga melayani pemasangan. Danny memprediksi, pendapatan WTON tahun ini, sekitar 70%-80% masih akan ditopang dari bisnis beton pra cetak. Adapun tiga segmen di atas baru akan tampak kinerjanya pada tahun 2019. Pasalnya, untuk pabrik ready mix saja baru berkontribusi maksimal 5% dari total pendapatan WTON. Danny dan Gani merekomendasikan beli untuk saham WTON. Danny memasang target harga Rp 1.540 per saham, sementara Gani menargetkan Rp 1.170 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini