KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (
INDF) diyakini bakal memiliki prospek pertumbuhan penjualan yang baik di tahun ini. Hal itu didorong dari penjualan mie dan agribisnis yang kuat. Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia, Putu Chantika dalam risetnya, Selasa (19/4), menyebutkan, INDF mencatatkan pendapatan seniai Rp 22,9 triliun pada kuartal IV-2020 atau tumbuh 22,4% secara tahunan (yoy). Sementara secara kumulatif di tahun 2020, pendapatan INDF mencapai Rp 81,7 triliun atau tumbuh 6,7% yoy. "Angka itu mencapai 101% dan 104% dari konsensus dan perkiraan kami," tulisnya.
Selain itu, margin keseluruhan INDF pada kuartal IV-2020 meningkat signifikan dengan margin kotor naik 400 bps yoy dan margin operasi meningkat 530 bps. Chantika menduga kenaikan ini disebabkan penurunan bahan baku yang digunakan dan biaya produksi.
Baca Juga: Simak rekomensasi saham-saham berikut ini seiring naiknya keyakinan konsumen Sebagai hasilnya, INDF mencatatkan laba bersih Rp 2,7 triliun di kuartal IV-2020. Sedangkan, laba bersih INDF sepanjang 2020 tercatat Rp 6,4 triliun atau tumbuh 31,5% yoy. "Kami percaya bahwa kinerja yang solid juga didukung oleh permintaan yang kuat untuk segmen produk bermerek konsumen (CBP), harga CPO yang terus meningkat, dan keuntungan FX dari pembiayaan akuisisi Pinehill," jelasnya. Chantika juga menilai, pencapaian INDF tersebut didorong dari kinerja ICPB dan sektor agribisnis yang mana selama kuartal IV-2020, ICBP membukukan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih yang relatif kuat. NH Korindo berharap ICBP dapat membukukan kinerja yang baik tahun ini, didukung kontribusi Pinehill dan upaya berkelanjutannya untuk mengembangkan produk baru. Sementara itu, harga CPO telah kembali pulih sejak kuartal III-2020. Berdasarkan data Bloomberg, harga rata-rata kuartal IV-2020 naik 27,9% yoy. "Kami juga mencatat bahwa divisi Bogasari memiliki margin EBIT yang relatif stabil, ditopang kenaikan harga gandum dunia," sebutnya. Dari sana, NH Korindo meyakini penjualan mie dan agribisnis yang kuat akan meningkatkan prospek penjualan INDF. Sementara itu, margin secara keseluruhan tetap stabil meskipun harga komoditas naik dan rupiah melemah terhadap dolar AS.
"Kami mempertahankan rekomendasi
buy dengan target harga Rp 8.000. Risiko dari target harga kami adalah melemahnya rupiah terhadap dolar AS dan harga bahan baku yang lebih tinggi, serta pemulihan ekonomi yang lebih rendah dari perkiraan," tulis Chantika dalam risetnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat