Jakarta. Bisnis uang elektronik masih menjadi idola perbankan untuk mencari keuntungan. Hal ini dapat dilihat, dari data Bank Indonesia, sampai Juni 2016, nilai transaksi uang elektronik di perbankan Indonesia mencapai Rp 673 triliun atau tumbuh 1,3%
year on year (yoy) dari tahun lalu sebesar Rp 664 miliar. Beberapa bank menargetkan pertumbuhan nilai transaksi uang elektronik pada akhir kuartal 3 dan 4 2016 bisa naik lebih tinggi dibandingkan semester 1 2016. PT Bank Mandiri Tbk, pemilik
market share sebesar 70% dari total keseluruhan transaksi uang elektronik perbankan menargetkan pada semester 2 2016 ini nilai transaksi bisa mengalami kenaikan. Rahmat Broto Triaji, SVP Transaction Banking Retail Bank Mandiri mengatakan bahwa selama ini bank berkode emiten BMRI ini dikenal seagai penguasa pangsa pasar tol dan
secure parking di Indonesia. “Untuk e-money kami akan fokus ke pengembangan transportasi dengan memperbanyak jumlah ruas toll yang dijangkau,” ujar Rahmat kepada KONTAN, Senin, (29/8).
Rahmat mengatakan, selain fokus ke pengembangan e-money di sektor transportasi, pada semester 2 2016 Mandiri juga akan meningkatkan transaksi dengan menggandeng beberapa komunitas untuk diajak kerjasama. Santoso, Direktur Bank Central Asia (BCA) mengatakan sampai Juli 2016, tercatat jumlah frekuensi penggunaan kartu elektronik Flazz mengalami kenaikan sebesar 12% yoy. Sedangkan dari sisi nilai sedikit flat. Santoso mengatakan yang menyebabkan flatnya nilai transaksi Flazz BCA ini disebabkan karena ceruk pasar Flazz adalah sebagian besar untuk transportasi publik sehingga mempunyai
ticket size yang kecil. “Untuk Flazz kami juga mempunyai ceruk bisnis yang mempunyai
ticket size cukup besar yaitu dari tol, namun jumlahnya tidak sebanyak untuk transportasi publik,” ujar Santoso kepada KONTAN. Sampai Juli, tercatat pangsa pasar BCA untuk uang elektronik adalah sebesar 20%. Pada semester 2 2016, untuk meningkatkan nilai transaksi, BCA akan lebih fokus ke peningkatan transaksi yang mempunyai
ticket size lebih besar seperti jalan tol. Selain itu, pada semester 2 2016 BCA akan meningkatkan kerjasama dengan Bandara Soekarno Hatta dan beberapa bandara lain sehingga bisa meningkatkan jumlah
merchant dan
gate. Diharapkan dengan strategi ini, Flazz BCA bisa tumbuh diatas 10% dari sisi nilai transaksi pada semester 2 2016. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk mempunyai 4 strategi untuk meningkatkan transaksi uang elektronik. Direktur Konsumer Bank BRI Sis Apik Wijayanto mengatakan strategi pertama adalah memperluas kerjasama pada publik services untuk memperbanyak akseptansi Brizzi dan
merchant ritel. Kedua adalah mempermudah akses
top up. Ketiga adalah dengan mempermudah akses penjualan Brizzi. “Keempat adalah kerjasama dengan bank lain misalnya
co branding dan banyak melakukan program spesial
event,” ujar Sis Apik kepada KONTAN. Sampai semester 1 2016, menurut Sis Apik tercatat jumlah pengguna Brizzi adalah sebanyak 4,9 juta dengan transaksi adalah 6,9 juta transaksi. Sampai akhir tahun diharapkan akan ada 5,5 juta pengguna dan jumlah transaksi Brizzi mencapai 18,1 juta transaksi. PT Bank Negara Indonesia Tbk tidak mau kalah. Menurut Vice President E-Banking BNI Diyah Permata, pada semester 2 2016, bank berkode emiten BBNI ini akan fokus ke implementasi TapCash di tol termasuk tol dalam kota. Diharapkan transaksi tol ini bisa menembus 2 juta transaksi per bulan nantinya. “Selain itu, kami juga akan fokus ke kerjasama outlet 20.000 an alfamart dan Indomaret,” ujar Diyah kepada KONTAN.
Sebagai informasi, sampai semester 1 2016, realisasi transaksi tap cash mengalami kenaikan 40% yoy sedangkan dari nominal sampai Juni 2016 TapCash juga mengalami kenaikan 70% yoy pada 2016. Tercatat saat ini berdasarkan data Bank Indonesia dari 20 penerbit uang elektronik di Indonesia, 9 diantaranya merupakan perbankan sedangkan sisanya adalah perusahaan non bank seperti perusahaaan telekomunikasi. Sembilan bank penerbit uang elektronik di Indonesia diantaranya adalah Bank Mandiri, BCA, BRI, BNI, Bank CIMB Niaga, Bank Permata, Bank Mega, Bank DKI dan Bank National Nobu. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto