Prospek Cerah, Malah Kinerja Emiten Ini Dibayangi Kerugian Investasi



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Tak hanya investor ritel yang bisa boncos akibat berinvestasi di pasar saham. Faktanya, ada beberapa emiten kakap harus rela bottom line-nya terkikis akibat kerugian investasi. 

Ambil contoh, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) melaporkan jumlah kerugian yang belum direalisasi dari perubahan nilai wajar investasi Telkomsel pada GOTO pada tanggal 31 Desember 2022 adalah sebesar Rp 6,74 triliun. 

Pasalnya, hal itu membuat laba bersih TLKM harus tergerus. Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas Telkom mencapai Rp 20,75 triliun atau melorot 16,18% secara tahunan. 


Baca Juga: Gojek Tokopedia (GOTO) Sumbang 2,2% Terhadap PDB Indonesia pada 2022

Setali tiga uang, PT Astra International Tbk (ASII) juga mencatatkan kerugian atas penyesuaian nilai wajar GOTO dan PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) sejumlah Rp 1,54 triliun sepanjang 2022. 

 
ASII Chart by TradingView

ASII mencatatkan nilai wajar investasi di GOTO dan MIKA untuk 2022 sebesar Rp 753 per saham. Walhasil, dengan laba bersih ASII sepanjang 2022 sejumlah Rp 28,94 triliun. 

PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) juga tercatat mengalami penurunan kinerja. Laba bersih SRTG tercatat sebesar Rp 4,62 triliun di 2022 atau merosot 81,43% dibanding Rp 24,89 triliun pada 2021. 

Anjloknya laba Saratoga disebabkan oleh penurunan keuntungan bersih atas investasi pada saham dan efek ekuitas lain. Pos pendapatan ini merosot 84,75% menjadi Rp 3,72 triliun. 

Baca Juga: Ada Unrealized Loss Rp 6,74 Triliun, Telkom (TLKM) Yakin Valuasi GOTO Terus Tumbuh

CEO Edvisor.id Praska Putrantyo menjelaskan oritentasi para emiten jumbo itu lebih fokus untuk investasi jangka panjang dan membangun kerja sama untuk membangun ekosistem. 

Dia menilai 2022 bukan tahun yang baik bagi perusahaan teknologi, terutama e-commerce sehingga menekan kinerja dan pergerakan harga sahamnya. Ini yang terjadi pada investasi ASII dan TLKM di GOTO. 

"Investasi ini lebih kepada kerjasama jangka panjang untuk membentuk ekosistem yang menguntungkan, bukan sekadar jangka pendek dari capital gain," ucap Praska kepada Kontan, Senin (27/3). 

Editor: Noverius Laoli