KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten-emiten tambang emas di Indonesia bakal agresif menggenjot produksi pada tahun 2025, seiring prospek bisnis yang positif dan tren harga emas global yang diperkirakan terus meningkat. Dengan strategi ekspansi, pengembangan infrastruktur, dan inovasi produk, emiten-emiten tambang emas di Indonesia optimistis mencapai target produksi tahun ini. Tren harga emas global yang kuat menjadi momentum bagi sektor pertambangan untuk meningkatkan kinerja mereka pada tahun ini. Emiten pertambangan emas pelat merah, PT Aneka Tambang Tbk (
ANTM) memandang prospek bisnis emas tahun ini tetap menjanjikan, didukung oleh permintaan global yang stabil di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.
Baca Juga: Aneka Tambang (ANTM) Siap Tingkatkan Produksi Emas Tahun Ini Selama periode Januari sampai dengan September 2024, Antam mencatatkan penjualan emas sebesar 28,57 ton, meningkat 47% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Corporate Secretary Antam, Syarif Faisal Alkadrie mengatakan, tahun ini perusahaan menargetkan peningkatan pendapatan dan volume operasional dibandingkan tahun 2024. “Untuk memenuhi permintaan pelanggan, kami juga meluncurkan produk emas tematik Shio Ular Kayu menyambut Imlek 2025,” ungkap Faisal kepada Kontan, Rabu (8/1). Antam akan mengalokasikan belanja modal (capex) untuk mendukung peningkatan kapasitas produksi dan inovasi produk. Rincian besaran capex akan disampaikan dalam laporan tahunan mendatang.
Baca Juga: Prospek Cerah, Bumi Resources Minerals (BRMS) Fokus Tingkatkan Produksi Emas di 2025 Emiten tambang emas milik Bakrie Grup, PT Bumi Resources Minerals Tbk (
BRMS) mencatatkan pertumbuhan signifikan dengan produksi emas mencapai 46.000 ons hingga September 2024. Produksi ini diproyeksikan meningkat menjadi 55.000 hingga 60.000 ons pada akhir 2024, melampaui produksi tahun 2023 yang hanya sebesar 23.000 ons.
Menurut Herwin W. Hidayat, Director & Chief Investor Relations Officer BRMS, peningkatan produksi akan didukung oleh proyek strategis seperti tambang bawah tanah di Poboya dan fasilitas pabrik pengolahan bijih emas di Gorontalo. “Proyek tambang bawah tanah Poboya akan mulai beroperasi pada 2027 dengan grade emas lebih tinggi, yaitu di atas 3,5 gram per ton,” kata Herwin kepada Kontan, Selasa (7/1).
Baca Juga: Optimistis, Begini Target Operasional United Tractors (UNTR) di Tahun Depan Capex 2025 BRMS akan dialokasikan untuk mempercepat pengembangan proyek strategis ini, dengan rincian yang akan diumumkan pada kuartal pertama 2025.
Editor: Noverius Laoli