Prospek cuan dari situs pertemanan



Era internet menciptakan tren gaya hidup baru bagi masyarakat modern. Karakteristik layanan ini digadang-gadang mempermudah orang mendapatkan berbagai informasi dalam hitungan detik, hingga mampu menjadi penghubung interaksi antar individu di berbagai belahan dunia.

Kondisi ini pun memicu berkembangnya tren jejaring sosial. Di Indonesia, situs pertemanan seperti Facebook dan Twitter sudah begitu populer. Kesuksesan Mark Zuckenberg mencetak pundi-pundi uang lewat Facebook, membuat bisnis situs jejaring dilirik sebagai kesempatan menghasilkan cuan yang potensial. Lihat saja situs pertemanan online semacam itu kini terus berkembang dan makin beragam. Bahkan, kini makin spesifik dan inovatif menyasar pasar yang dianggap potensial, yaitu kalangan muda. Darrick Rochili melihat peluang ini dengan mendirikan situs www.jomblo.com. Bersama rekannya, dia membuat situs pertemanan dengan fitur interaksi antar komunitas ini pada April 2013.

Pemilihan nama jomblo sebagai nama situs, situs ini tentu menyasar kalangan anak muda. Dari namanya, jomblo,  berarti belum memiliki pasangan alias single. Jadi, situs ini begitu mudah diartikan sebagai tempat untuk mencari pasangan atau sebagai media berkencan.


Namun, Darrick menjelaskan, pada dasarnya Jomblo.com merupakan jejaring sosial untuk mencari teman yang memiliki minat yang sama dan komunitas. Dari situ, potensi mendapatkan teman yang cocok untuk dijadikan pasangan pun terbuka.

Jejaring sosial ini akan merekomendasikan antar pengguna yang memiliki aktivitas, hobi atau minat yang sama untuk berinteraksi. Dari minat yang sama ini, Jomblo.com diharapkan dapat mendorong terbentuknya komunitas yang positif. "Jadi kami punya fitur menarik yang bisa mempertemukan pengguna dengan pengguna lain atas minat yang sama," kata Darrick.

Fitur yang dia sebut profile matching ini, akan membuat para pengguna yang masih single bisa berbagi pengalaman-pengalaman yang menyenangkan dan juga inspiratif. Dengan begitu mereka bisa saling menyemangati sehingga bisa memandang hidup lebih positif.

Pria lulusan New York University, Toronto, Kanada ini mengatakan, untuk bisa menjadi anggota Jomblo.com, terbilang cukup mudah. Pengguna hanya cukup mengisi data diri dan hobi di situs www. jomblo.com yang sudah tersedia. Dari sinilah Jomblo.com melakukan penyesuaian profil pengguna.

Pengguna juga dapat saling menambahkan teman, berbagi foto, dan konten lainnya. Situs ini  juga terintegrasi dengan media sosial Twitter dan Facebook.

Darrick sengaja memilih nama jomblo.com sebagai brand usaha. Ia bahkan sampai rela mengakuisisi domain Jomblo.com dengan harga cukup mahal pada 2012. Namun sayang, Darrick enggan membeberkan harga akuisisdomain tersebut.

Jejaring sosial ini mulai resmi meluncur ke publik pada September 2013. Saat ini Jomblo.com baru memiliki 9.000 pengguna terdaftar, dengan jumlah pengguna aktif sebanyak 5.000 pengguna. "Mayoritas pengguna berasal dari wilayah Jabodetabek," kata pria berusia 37 tahun itu.

Kembangkan fitur

Pada bulan ini, pengguna aktif yang sudah terdaftar sekitar 32.000 akun. Darrick menargetkan, di tahun 2014, jomblo.com dapat meraih 200.000 sampai 300.000 pengguna. Untuk meraih lebih banyak pengguna, jomblo.com tersedia di Android dan iOS. Sehingga, situs ini bisa diunduh di ponsel pintar bersistem operasi Android dan iOS.

Saat ini sebanyak seribu orang telah mengunduh aplikasi ini di Android. Sedangkan di iOS, belum banyak. Seorang pengguna di Android, bernama Adhimas, berkomentar, aplikasi  ini masih suka error sehingga sulit untuk membarui biodata atau profil pribadi.

Soal strategi mendatangkan uang alias monetizing dari situs ini, Darrick berencana akan menyediakan lapak iklan di situs Jomblo.com maupun di aplikasi. Selain itu, mereka berencana membuat layanan berbayar.

Jumlah pengikut alias follower akun twitter resmi jomblo.com kini sudah mencapai 5.700 follower. "Penyebaran pengguna di dominasi di Jakarta dengan persentase sebesar 50% dari total anggota," kata dia.

Kota-kota lain yang menjadi basis anggota jejaring sosial ini meliputi Surabaya sebesar 10% , Bandung 7%, Yogyakarta 7%, Medan 5% dan Semarang sebesar 2,5%..

Kini Jomblo.com sedang mengimplementasikan berbagai fitur baru seperti friend suggestion berdasarkan kecocokan profil, pencarian teman berdasarkan foto profil.

Pencapaian Jomblo.com saat ini adalah langkah awal dalam meraih target 1 juta pengguna dalam tiga tahun ke depan. Darrick berambisi untuk menjadi tolak ukur kesuksesan perkembangan bisnis start up teknologi karya anak bangsa Indonesia.

Lantaran masih terbilang baru, pemasukan dari bisnis ini masih minim. Saat ini Darrick masih terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat serta sekaligus berusaha menjaring pengiklan. Jika dalam jangka waktu dekat situs ini sudah meraih pendapatan iklan, maka tidak menutup kemungkinan, Jomblo.com akan terus dikembangkan untuk bisa dinikmati tidak hanya oleh orang Indonesia.

Darrick bilang, situs ini bisa diperkenalkan juga ke Malaysia dan Singapura. "Mulai negeri yang terdekat dulu saja, kemudian lanjut di Asia Tenggara," ujarnya.

Menurut data yang sudah dihimpun, banyak pengguna sudah dekat dan menjalin hubungan. Tapi ia enggan menyebutkan secara detail berapa banyak pengguna situs ini yang telah bertemu alias kopi darat. "Situs ini positif, tak ada hal negatif di dalamnya, interaksinya terbilang baik," tandasnya.  

Konsultan bisnis dari Proverb Consulting, Erwin Halim menilai perkembangan Jomblo.com untuk mengumpulkan pengguna masih belum maksimal. Hal ini terlihat dari jumlah pengguna yang bergabung hingga saat ini. “Jumlahnya masih sedikit, harus dilihat lagi apa marketing channel yang digunakan oleh manajemennya,” katanya.

Maklum saja, untuk akun-akun yang sejenis, biasanya mereka bisa mendapatkan jumlah pengikut yang lebih banyak dalam rentang waktu tersebut. Ada baiknya, mereka harus menggenjot langkah promosi, tidak hanya menggunakan media digital tetapi juga menggunakan media offline seperti memasang iklan di majalah ataupun sejumlah surat kabar.

Promosi ini memang penting dilakukan untuk usaha di bidang digital. Tujuannya, agar pasar yang disasar mengetahui dan mengenal brand ini. Erwin juga menegaskan, memang pemilik bisnis ini harus menguras modalnya dalam satu hingga dua tahun pertama hanya untuk melakukan promosi.

Mengenai keuntungan dari bisnis ini, Erwin menilai sangat relatif. Ada baiknya juga bila interaksi pengguna sudah stabil, pemilik dapat mengenakan biaya administrasi untuk anggota agar mendukung pendapatan perusahaan. “Meskipun ada biaya, pengguna yang telah bergabung tidak akan kabur asalkan si pemilik memberikan fasilitas yang sama besarnya dengan besaran fee yang dikeluarkan pengguna,” ujar dia.                   n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini