Prospek cukup bagus, pebisnis farmasi harapkan pemerintah atasi pelemahan rupiah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi Indonesia optimistis investasi industri farmasi di dalam negeri masih terus berkembang. Sebab pasar farmasi di Indonesia semakin menarik. Meski begitu para pebisnis farmasi meminta pemerintah untuk mengatasi masalah pelemahan rupiah yang bisa berdampak pada industri farmasi.

"Kalau bisa jangan sampai terus seperti ini, sebab bahan baku saja saat ini kami masih impor 90%," ujar Kendrariadi Suhanda, Wakil Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi Indonesia kepada Kontan.co.id, usai pembukaan pameran niaga farmasi, Selasa (27/3). 

Pengembangan industri ini menurut Kendra tak bisa dilepaskan dari dukungan pemerintah serta keseriusan untuk menggalakkan perkembangannya. "Nilai pasar farmasi saat ini bisa Rp 72 triliun dalam setahun, tentu ini menjadi bisnis yang menarik," imbuhnya. 


Industri farmasi di Indonesia saat ini sebenarnya sudah mulai ekspansif. Sebelumnya, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) telah merampungkan pembangunan pabrik baru. 

Melalui anak usahanya PT Kalbio Global Medika, pabrik yang berlokasi di Kawasan Industri Delta Silicon Cikarang dengan luas 11.000 meter persegi (m²) ini siap memproduksi beberapa jenis bahan baku obat dan produk biologi.

Vidjongtius, Presiden Direktur Kalbe Farma Tbk mengatakan, pembangunan pabrik baru ini merupakan komitmen Kalbe Farma untuk mendorong terciptanya industri farmasi yang terintegrasi mulai dari kemandirian bahan baku hingga penguasaan teknologi.

Total investasi pembangunan pabrik berkapasitas 10 juta syringe ini mencapai Rp 700 miliar. Perinciannya, sebanyak Rp 500 miliar untuk membangun fasilitas produksi dan Rp 200 miliar sebagai riset dan pengembangan.

Kalbe Farma juga telah menyiapkan investasi Rp 2 triliun untuk lima tahun mendatang guna pengembangan pabrik biosimilar. "Oleh karena itu kami berharap bantuan dari pihak pemerintah," tutur Vidjongtius.

Selain itu perusahaan plat merah seperti PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dikabarkan juga akan segera merampungkan pembangunan pabrik bahan baku obat di Cikarang dan pabrik obat baru di Banjaran, Jawa Barat.

Direktur Keuangan perseroan Suharta Wijaya mengatakan, saat ini KAEF sedang mengincar akuisisi beberapa perusahaan yang bergerak di sektor kesehatan dan kecantikan. "Saat ini, kami sedang melakukan due diligence ke enam sampai tujuh perusahaan yang potensial," terangnya.

Tak heran belakangan ini perusahaan getol mencari sejumlah pendanaan eksternal untuk membiayai kebutuhan ekspansi tahun ini. Perusahaan diketahui baru saja menerbitkan surat utang jangka menengah alias medium term note (MTN) senilai Rp 600 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi