Prospek ekonomi angkat pamor Semen Gresik



JAKARTA. Kendati penjualan semen hingga kuartal III-2010 cenderung menurun, namun kinerja saham PT Semen Gresik Tbk (SMGR) justru menanjak. Perusahaan yang 48,99% sahamnya dipegang investor publik ini, mencapai rekor harga saham tertinggi pada awal Oktober (4/10) di level Rp 10.150.

Harga tersebut lebih tinggi 34,33% jika dibandingkan dengan harga penutupan tahun lalu, 30 Desember 2009, yaitu Rp 7.550. Memang, belakangan harga SMGR ke kisaran Rp 9.000-an per saham.

Direktur Utama SMGR Dwi Sutjipto menyebutkan, tingginya curah hujan menyebabkan konsumsi semen menurun. Maklumlah, kegiatan konstruksi dan transportasi menjadi terhambat. “Penurunan permintaan semen juga dipengaruhi adanya hari raya,” ucap dia.


Budi Rustanto, Analis Valbury Asia Securities, memaparkan, kendati konsumsi menurun namun market share SMGR mengalami kenaikan dari 43,1% pada Juli 2010 menjadi 44% pada Agustus 2010. “Tingkat konsumsi semen di pasar nasional memang menurun,” tulis Budi.

Investor memburu SMGR karena optimistis kondisi perekonomian akan membaik, yang akan berakibat pada geliat pembangunan infrastruktur dan perumahan di Indonesia. “Penjualan semen diproyeksikan masih akan tumbuh,” kata Budi.

Optimisme terhadap pertumbuhan penjualan semen juga didukung oleh bunga kredit perumahan yang tak bergerak serta penyerapan anggaran infrastruktur pemerintah di semester kedua.

Agustini Hamid, Analis Recapital Securities menyebutkan, rencana SMGR mengakuisisi perusahan semen di Malaysia ikut menggerakkan harga sahamnya. "SMGR sudah menyiapkan dana sebanyak US$ 300 juta," ulas dia.

Kendati pendapatannya di semester I-2010 turun, tetapi margin laba bersih SMGR meningkat dari 21,83% menjadi 24,09%.

Bangun pabrik

Menurut penilaian Gifar Indra Sakti, Analis Sucorinvest Central Gani, pembangunan dua pabrik baru SMGR di Jawa dan Sulawesi, yakni Tonasa V dan Tuban IV, ikut memberi sentimen positif.

Kedua pabrik yang memiliki kapasitas produksi 5 juta ton per tahun itu, mulai beroperasi 2012. "Pabrik baru ini memungkinkan SMGR mengantisipasi lonjakan permintaan," kata Gifar.

Isu kartel semen yang sempat mengganggu SMGR juga tidak terbukti. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menyatakan delapan produsen semen, termasuk SMGR tidak terlibat kartel semen dalam negeri.

Berdasarkan faktor-faktor di atas, Gifar menduga SMGR bisa mengeduk pendapatan sebesar Rp 15,83 triliun dengan laba bersih Rp 3,32 triliun di tahun 2010.Budi memperkirakan, tahun ini pendapatan perusahaan yang berdiri 1953 itu senilai Rp 16,09 triliun dengan laba bersih Rp 3,98 triliun. Tahun lalu pendapatan SMGR sebanyak Rp 14,38 triliun dengan laba bersih Rp 3,32 triliun.

Ketiga analis sepakat merekomendasikan beli SMGR. Budi memasang target harga Rp 11.500. Sedang Agustini dan Gifar masing-masing Rp 11.219 di Rp 12.100 per saham. "Harga SMGR masih murah. PE 2011 12,8 kali, lebih rendah dibandingkan PE industri yang 15,3 kali," ujar Gifar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie