Prospek ekonomi Malaysia pasca pemilu



KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Kembali ke gelanggang politik, mantan Perdana Menteri (PM) Mahathir Mohammad meraih kemenangan dalam pemilihan umum Malaysia melawan PM Najib Razak. Kemenangan ini diraih setelah aliansi partai oposisi Pakatan Harapan dan satu partai di negara bagian Sabah meraih 113 kursi dari 222 kursi di parlemen. Jumlah tersebut melewati ambang mayoritas 112 kursi.

Dengan kemenangan ini Mahathir akan menjadi perdana menteri tertua di dunia pada usia 93 tahun. Ini juga menjadi sejarah politik Malaysia setelah lama dikuasai koalisi Barisan Nasional sejak enam dekade lalu.

Sejumlah pihak melihat, kemenangan Mahathir ini menimbulkan kekhawatiran janji populisnya selama kampanye dapat merusak prospek ekonomi Malaysia sebagai negara berkembang di tengah kondisi ekonomi yang kian menantang. Di sisi lain, sosoknya diharapkan dapat menghidupkan kembali pendekatan yang berani terhadap manajemen ekonomi.


Perekonomian Malaysia meskipun rentan di beberapa wilayah, secara luas berada dalam kondisi yang lebih baik daripada negara tetangga seperti Filipina dan Indonesia yang mengalami defisit neraca berjalan. Malaysia juga mengurangi separuh defisit anggarannya sejak krisis keuangan global.

Pertumbuhan ekonomi Malaysia menjadi salah satu yang tercepat di dunia, tumbuh hampir 6% dan kinerja pasar saham Malaysia menjadi yang terbaik kedua di Asia. Adapun lonjakan harga minyak mentah telah membantu pendapatan bersih negara eksportir energi ini.

Penyelidikan skandal

Malaysia berpotensi tidak memiliki sumber pendapatan utama jika Mahathir menjalankan janji kampanyenya untuk menghapus pajak pertambahan nilai untuk transaksi barang dan jasa serta biaya tol, memberlakukan kembali subsidi bahan bakar serta menaikkan upah minimum. Dorongan proteksionis pada proyek-proyek infrastruktur China juga telah menimbulkan kekhawatiran tentang investasi asing.

Pergeseran kebijakan seperti itu terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang arus keluar modal menyusul kenaikan imbal hasil surat utang US Treasury.

"Beberapa janji kampanye Mahathir seperti menghapus pajak jasa dan barang serta memberlakukan kembali subsidi bahan bakar dapat meningkatkan konsumsi tetapi akan berdampak buruk terhadap defisit anggaran negara dan peringkat pemerintah," kata Eli Lee, Kepala Strategi Investasi di Bank of Singapore seperti dikutip Reuters.

Berkuasanya Mahathir di Malaysia juga membuka kemungkinan penyelidikan atas skandal keuangan negara 1Malaysia Development Berhad (1MDB) yang menyeret nama Najib yang dulu adalah anak didik Mahathir.

Sekitar US$ 3,2 miliar dana Pemerintah Malaysia digelapkan dengan dana US$ 681 diduga berakhir di rekening bank pribadi Najib. Dana itu antara lain untuk membeli perhiasan juta dollar AS.

Editor: Sanny Cicilia